Translate

Minggu, 19 April 2020

BIOGRAFI SINGKAT IMAM ABDULLAH BA'ALAWI

Syekh Abdullah Ba Alawi adalah salah satu tokoh yang lebih banyak kalah dari da'i di seluruh penjuru dunia, termasuk Asia Tenggara.

Saksi sejarah

كبير شهير للفضائل حائز و كم أتت من آية و نوادر

Dia adalah orang besar terkenal, memiliki berbagai keutamaan 
terbukti dengan persetujuan tanda dan kejadian darinya

شريف منيف هاشمي و محسن إلى كل شخص قائم في الدياجر

Orang terhormat, sopan, dari keluarga Bani Hasyim 
selalu berusaha baik pada orang lain

و مجتهد حاز الفنون جميعها و جاهد في ذهت الإله بباتر

Mujtahid yang menguasai berbagai disiplin ilmu berjuang di jalan Allah 

و قدوة أهل لعصر فانصر لشانه لقد فاق في العليا لكل مصابر

Teladan kaum di zamannya, telah mengungguli semua orang sabar, maka belalah jalan yang dilaluinya 

و أول من سميت في القطر شيخه سمعنا بذا عن أول و أواخر

Orang pertama yang kamu juluki dengan julukan Syekh di seluruh kota, hal ini disampaikan orang sekarang dan juga orang dulu 

Pendahuluan

Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah untuk Nabi Muhammad SAW, kesejahteraan yang mulya dan para sahabat yang dengan ikhlas tulus meneladani Nabi Muhammad SAW, juga para pengikut mereka. Abdullah Ba Alawi adalah tokoh Hadhramaut yang berbaring. Seorang figur berhati-hati bersih. Sebab kemulyaan nasab, ucapan dan tingkah lakunya menjadi baik. Di kelas Klan Bani Alawi, ia adalah orang pertama yang dijuluki syekh. Ia juga termasuk orang yang dikabulkan doanya. Ini dibuktikan kompilasi penduduk Mekah memintanya berdoa agar Allah menurunkan hujan, Allah mengabulkannya dan turunlah hujan.

Berikut ini sejarah dan jalan yang ditempuh. Agar generasi yang mengambil sejarah tokoh pendahulunya, dapat mencoba dan mengambil hikmahnya.

Biografi Syekh Abdullah Ba Alawi

Nama lengkapnya Syekh Abdullah bin Alawi bin al Faqih al Muqaddam Muhammad bin Ali Ba Alawi. Ia Imam yang mengajarkan ilmu dhahir dan bathin. Ia menghargai hakikat ilmu dan rahasianya, juga akhlaq yang terkandung dalam misi Nabi SAW. Abdullah Ba Alawi terkenal dengan kedermawanan dan kelapangan hati. Ia menerima persetujuan hawa nafsu dan haal (perubahan kepribadian karena dzikir yang banyak) yang nampak.

Abdullah Ba Alawi lahir di Tarim tahun 637. Waktu itu, kakeknya, al Faqih Al Muqaddam masih hidup. Abdullah Ba Alawi lalu menghafal al Qur'an di kota itu. Ia hidup dan berkembang di masa lalu dalam lingkungan yang penuh dengan ketakwaan. Hal ini didukung oleh komunitas yang sangat dikenal oleh semua masyarakat Hadhramaut, ayah, ibu, saudara dan lainnya. Semuanya paham menggunakan waktu dan menghabiskan detik-detik berlalu.

Penulis Kitab  Al Musyari 'Al Rawi mengatakan, “Karakter Abdullah Ba Alawi adalah karakter ayah dan kakeknya. Jalan yang ia lewati adalah yang dikenalkan ayah dan kakeknya. Saat masih muda, ia pergi ke gunung-gunung dan padang luas, berjuang melawan nafsu dan melawannya dengan ibadah, ketaatan dan mendakikan diri pada Allah. Abdullah Ba Alawi banyak menangis. Ia menghindari hal-hal yang terlepas dari Allah dan segala macam permusuhan. Ia senantiasa memperbanyak bacaan Al Quran, mengajak anak dan rekan-rekannya memperbanyak bacaan kitab suci itu.

Syekh Abdullah Ba Alawi Merantau

Syekh Abdullah Ba Alawi semenjak belia merantau dari Hadhramaut ke Haramain (Makkah dan Madinah). Ia tinggal di sana lebih lama dari tahun lalu. Dalam perantauannya, ia melintasi daerah kota dan desa di Yaman. Di antara daerah-daerah tersebut, ada yang ikut dalam beberapa literatur kitab, antara lain al 'Awaliq al Sufla Kota Ahwar. Di kota itu tinggal Syekh Muhammad bin Maimun al Tihami, salah seorang murid Syekh Ismail al Hadhrami. Syekh Abdullah Ba Alawi lalu belajar dari beliau. Para sejarawan berselisih, berapa lama Abdullah Ba Alawi tinggal di Ahwar.

Setelah itu ia pindah ke Aden, lalu daerah Tihamah Yaman. Setiap singgah, para ulama selalu datanginya untuk mengambil faidah darinya. Abdullah Ba Alawijuga mengambil faidah dari mereka.

Al Gharar   mengatakan, saat Syekh Abdullah Ba Alawi memasuki Kota Taiz, penduduk kota itu memintanya untuk tinggal di sana. Namun Abdullah Ba Alawi meminta maaf karena tak bisa memenuhi permintaan mereka. Abdullah Ba Alawi sebaliknya yang mengambil faidah dari beberapa orang penduduk Taiz.

Kehidupan Sang Tokoh di Haramain

Syekh Abdullah Ba Alawi tinggal di Mekah, di dekat Baitullah. Ia belajar dari majelis-majelis taklim di sana. Ia juga banyak menghabiskan waktunya untuk beramal saleh dengan berpuasa, shalat dan lainnya. Semua kalangan, besar kecil, pemerintah atau rakyat jelata, senang terlibat. Doanya dikabulkan Allah SWT. Allah juga banyak menampakkan karamah pada dirinya.

Sebagian Riwayat Hidup Syekh Abdullah Ba Alawi

Ditulis dalam beberapa buku biografi, seperti Al Musyarri 'Al Gharar, Syarah Al Ainiyah dan lainnya adalah Syekh Abdullah Ba Alawi kompilasi tinggal di Makkah berjuang keras untuk bisa belajar sambil mengamalkan ilmu yang diperolehnya. Di bulan Ramadhan, ia menghatamkan Al Quran pada setiap dua rakaat, setelah berbuka dan Shalat Maghrib. Ia lalu pergi ke kota Zabid, tempat berkumpulnya para ulama besar. Ia belajar dari para ulama di kota itu. Ia juga saling bertukar pengalaman dan pengalaman keilmuan. Syekh Abdullah Ba Alawi lantas singgah di Taiz dan belajar dari ulama kota ini. Tentang tekad dan kedermawanannya, pengarang Kitab  Al Gharar mengatakan, “Semasa hidup, dialah yang menafkahi keluarga Bani Alawi semuanya. Ia bersedekah dengan jumlah yang banyak sekali. Diundang bersedekah untuk masjid yang dinamai dengan namanya, Masjid Ba Alawi. Masjid sebelumnya ini dinamakan dengan Masjid Bani Ahmad, disandarkan pada saat Al Imam Al Muhajir Ila Allah Ahmad bin Isa.

Syekh Abdullah Ba Alawi mensedekahkan lahan pertanian, mata air dan kebun korma meminjamkan 90 ribu dinar. Dipakai digunakan untuk mensejahterakan masjid dan menghormati para tamu masjid. Syekh Abdullah Ba Alawi juga bersedekah untuk pasar Tarim, pelayanan penggalian kubur dan penguburan jenazah. Selain itu, ia juga mensedekahkan tanah bernama Al Wasithah. Tanah ini digunakan untuk menghormati para tamu di Tarim.

Saat Syekh Abdullah Ba Alawi masih berdomisili di Haramain, bantuan untuk Hadhramaut selalu mengalir. Sampai saat saudaranya, Syekh Ali bin Alawi meninggal di Hadhramaut, orang-orang memintanya pulang ke Tarim. Akhirnya ia pulang melalui jalan darat melalui Aden dan Mukalla.

Ditempatkan dalam beberapa buku biografi, di Al Musyari Al Rawi, saat berada dalam perjalanan antara Aden dan Mukalla, ia menyempatkan diri singgah di Ahwar untuk bersilaturahmi dengan gurunya, Syekh Umar bin Maimun. Namun Syekh Abdullah Ba Alawi mendapatinya telah meninggal dunia. Ia lalu yang memandikan dan mengkafaninya. Ternyata pernah, sebelum meninggal Syekh Maimun tidak pernah mengatakan pada Syekh Abdullah Ba Alawi, “Nanti bila aku meninggal dunia, mandikan dan kafani aku. Saat itu, akan datang syekh dengan sifat-sifat seperti ini, jadikan ia imam untuk mensholati jenazahku. Dialah yang akan menjadi penggantiku kelak. "

Ketika Syekh Abdullah Ba Alawi datang, wasiat itu ia laksanakan. Lantas penduduk memintanya untuk tingal di situ menjadi Syekh Maimun. Namun ia tidak dapat memenuhi permintaan tersebut. Akhirnya putra Syekh Maimun dibaiat menjadi syekh dan dipakaikan Khurqah. Syekh Abdullah Ba Alawi berpesan, "Eratkan ikat pinggangmu karena aku diutus untuk membuatmu Imam." Lalu ia meninggalkan mereka menuju Ba Ma'bad.

Syekh Kembali ke Tarim

Syekh Abdullah Ba Alawi sampai di Tarim dan mencapai penduduk kota itu. Ia lantas menikah dengan istri mendiang adiknya. Ia merawat dan mendidik anak-anak. Penulis  Al Musyarri  mengatakan, “Saat tiba di Tarim, penduduk kota itu seakan mendapatkan keunutngan luar biasa. Kota ini menjadi bersemangat. Semua penduduk menyambutnya dengan wajah gembira berseri-seri. ”

Syekh Abdullah Ba Alawi mengajar fiqih Madzhab Syafi'i, Thariqah dan pembahasan-pembahasan tentang ilmu hakikat. Orang dari luar Tarim pun berdatangan untuk belajar meraih. Ilmunya menyebar ke seluruh penjuru. Syekh Abdullah Ba Alawi mengangkat para syekh dan menghormati posisi mereka. Di bawah asuhannya, generasi terlahir yang banyak dan luar biasa.

Sebagian Murid Syekh Abdullah Ba Alawi 

Sebagian muridnya adalah: 
1. Tiga orang putranya; Ali, Muhammad dan Ahmad. 
2. Keponakannya, Muhammad Muladawilah. 
3. Sepupunya: Abu Bakar dan Alawi bin Ahmad. 
4. Sayyid Muhammad bin Alawi. 
5. Syekh Abdullah bin Al Faqih Ahmad bin Abdul Rahman. 
6. Syekh Ali bin Silim. 
7. Syekh Fadhal bin Muhammad Ba Fadhal. 
8. Syekh Abdullah bin Al Faqih Fadhal. 
9. Syekh Muhammad bin Ali Ba Syuaib Al Anshari. 
10. Syekh Muhammad bin Al Khatib. 
11. Syekh Muhammad bin Abi Bakar Ba Abbad. 
12. Syekh Muhammad bin Ali Ba Syu'aib Al Anshari. 
13. Syekh Muhammad bin Khatib. 
14. Syekh Ahmad bin Ali Al Khatib.
15. Syekh Abdul Rahman bin Muhammad Al Khatib. 
16. Syekh Umar Bawazir (dimakamkan di Al Ghail Al Asfal). 
17. Syekh Khalil bin Umar bin Maimun peduduk Ahwar. 
18. Syekh Maflah bin Abdullah bin Fahad. 
19. Syekh Bahmaran (dimakamkan di Maifa'ah, ia bukan Bahmaran murid Al Faqih Al Muqaddam)

Mengatur waktu

Ditempatkan dalam Kitab  Al Musyari 'Al Rawi , “Di antara kebiasaannya, keluar masjid untuk shalat witir dan membaca Al Qur'an sampai diterbitkan Fajar. Kemudian beri'tikaf, bacakan Al Quran sampai terbit matahari. Lalu pulang ke rumah sambil menunggu dan kembali lagi ke masjid untuk menyampaikan pelajaran sampai saat qailulah (tidur siang menerima Dhuhur sampai waktu Dhuhur). Dia bers qailulah  di rumah, lalu kembali ke masjid untuk Shalat Dhuhur. Setelah itu, kembali lagi ke rumah untuk muthala'ah sampai tiba waktu Ashar. Kemudian Syekh Abdullah Ba Alawi melakukan Shalat Ashar bersama masyarakat dan duduk di masjid sampai datang waktu Maghrib. Setelah Shalat Maghrib, ia membaca Al Quran hingga Isya. Baru kemudian ia kembali ke depan.

Di Bulan Ramadhan, ia berada di masjid sampai waktu Shalat Tarawih tiba. Setelah shalat tarawih, ia shalat dua rakaat. Saat shalat dua rakaat itu, ia menghatamkan Al Quran. Lantas Syekh Abdullah Ba Alawi kembali ke rumah dan sahur, kemudian kembali lagi ke masjid sampai waktu Dhuha tiba. Setelah Shalat Dhuha, ia pulang ke rumah untuk ber-qailulah sampai datang waktu Dhuhur. Setelah itu, ia kembali lagi ke masjid, Shalat Dhuhur berjamaah, lalu memberikan pelajaran sampai Ashar. Setelah itu ia berzikir.

Syekh Mauladawilah mensifati gurunya ini, "Aku belum mendapati orang seperti pamanku Abdullah, baik aku di sini maupun di kompilasi aku berpergian." Menurut Syekh Abdul Rahman al Segaf, "Semua 'arifin (tingkat di mana seseorang bertingkat kemampuan untuk memperoleh pengalaman Allah) mengatur bahwa Syekh Abdullah Ba Alawi adalah sisa para mujtahid."

 

Syekh Abdullah Ba Alawi Di Penghujung Usianya 

Syekh Abdullah Ba Alawi termasuk orang yang menunggu lama untuk beribadah dan beramal saleh. Di akhir usianya, ia berujar, “Segala sesuatu mengurangi diriku sebagai dunia. Aku tak peduli sama sekali di dunia, apakah dia datang atau pergi. Tempat dunia hanya di atas tenggorokan. "

Maksud kalimat, 'Segala sesuatu mengurangi diriku': mengurangi kekuatanku. Penyebab badan menjadi lemah saat menghadapi masa muda. Meski begitu, ia tak pernah telat beribadah dan beramal saleh. Ia tak pernah bermalas-malasan untuk mencapai semua keutamaan. Ia memiliki banyak keutamaan, yang disetujui oleh penulis Al Musyarri ': “Syekh Ba Alawi sangat gemar minyak wangi sampai baunya tercium dari kejauhan. Ia berkulit putih, tinggi, berwajah tampan, lebar, lisannya fasih, pemberani, berjambang lebat, berwibawa, tersenyum. Semua orang memujinya dengan umpan-umpan syair, seandainya dikumpulkan, akan menjadi buku tebal. ”

Syekh Ba Alawi senantiasa menyampaikan ilmu sampai akhir hayatnya, di hari Rabu, pertengahan Jumadil Ula, tahun 731. Ia wafat di usia 93 tahun atau 91 tahun. Perbuatan ini karena hari kelahirannya diperselisihkan. Hari itu merupakan hari kesedihan, terutama bagi orang-orang faqir, lemah dan anak yatim. Ia dimakamkan di samping makam kakeknya, Al Imam Al Faqih Al Muqaddam.

Penulis Kitab  Al Gharar  menjanjikan beliau dalam bait-bait:

سلام على نسل شيوخ الأكابر سلام عليه بالعشي و باكر

Keselamatan bagi putra para syekh yang mulia sepanjang malam dan siang

سلام على شيخ الشيوخ أبيهم سلام عليه عد طش المواطر

Keselamatan bagi guru di titik air hujan

سلام على الأواب واحد عصره إمام الهادي كهف التقى و البصائر

Keselamatan bagi orang yang taubat, imam para penunujuk, naungan ahli takwa

سلام على كنز المساكن عينهم أب لليتامى و الأرامل ياسر

Keselamatan bagi pusat orang miskin, ayah anak-anak yatim, dan janda-janda

سلام على القوام على نسق الدجى و في الصيف صوام بوقت الهواجر

Keselamatan bagi orang yang shalat saat gelap gulita, dan di musim panas berpuasa, saat semua orang menghindarinya.

سلام على النحرير و الفاضل ترقى إلى العليا بفخر مفاخر

Keselamatan bagi orang yang mahir nan utama, yang meningkat derajatnya dengan segala kebanggaan

عظيم التقى و الزهد للخلق معقل لإذا ناب خطب مؤلم للعاشر

Seorang yang berderajat tinggi dalam ketakwaan, kezuhudan, benteng untuk masyarakat yang dilanda hal yang terluka

يقوم مقاما لم يقم فيه غيره هو الشيخ عبد الله نجل لباقر

Mencapai derajat yang belum pernah mencapai orang lain, beliaulah Syekh Abdullah ayah Baqir

سلالة العلوي الهمام الذي سما سماء المعالي ما له من مناظر

Ia menguasai Sayyidina Ali yang telah mencapai ketinggian tak tertandingi 

Keluarga Abdullah Ba Alawi

Ali Abdullah Ba Alawi adalah julukan untuk keluarga Bani Alawi melawan Syekh Abdullah Ba Alawi. Nasab keluarga ini benar-benar dijaga silsilahnya dengan cara dicatat dan dibukukan. Di antara buku ini, yang terakhir kali di-tahqiq dan ditertibkan adalah buku Syamsu al Dhahirah, di-tahqiq oleh Sayyid Muhammad Dhiya Syihab.

Dari buku di atas, kita banyak menemukan data tentang Ali Abdullah Ba Alawi. Silsilah Keluarga Ali Abdullah Ba Alawi.

Penulis  Syamsu Al Dhahirah  mengatakan, Syekh Abdullah Ba Alawi memiliki tiga putra:

Pertama, Ahmad. Ia berputra satu, yaitu Imam Muhammad Jamalullail yang meninggal tahun 787. Imam Muhammad berputra satu, yaitu Abdullah yang juga berputra satu, Ahmad. Silisalah (rangkaian) nasab tersebut habis sampai di sini.

Kedua, Ali bin Abdullah yang meninggal di Tarim 784. Ia memiliki empat putra yaitu Muhammad al Qarandali, Ahmad, Abdul Rahman. Dua putranya ini juga habis di sini. Putra Empat adalah Abdullah. Ia berputra dua: Ahmad dan nasabnya telah habis. Yang kedua adalah Alawi yang terkenal dengan nama 'al Syaibah'. Ia memiliki enam putra empat. Di antara mereka berketurunan terus dan yang dua nasabnya telah habis. Dari empat orang tadi, lahir Ali Abdullah Ba Alawi bercabang sebagai berikut: 
1. Keluarga al Syaibah. Nasab mereka kembali ke Umar bin Alawi bin Ali bin Abdullah Ba Alawi. 
2. Keluarga Al Masilah, di daerah Pesisir. Nasab mereka kembali pada Muhammad bin Alawi bin Ali bin Abdullah Ba Alawi
3. Keluarga Ba Ruum di Do'an, Negri Air, Hijaz, India dan lain-lain. Nasab keluarga ini dikembalikan pada Muhammad bin Alawi bin Ali bin Abdullah Ba Alawi. 
4. Keluarga al Syilli. Nasabnya kembali pada Sayyid Abdullah bin Abu Bakar bin Alawi yang terkenal dengan al Syilli. 
5. Keluarga Bin Junaid. Nasab mereka kembali ke Sayyid Muhammad bin Ahmad Qasam bin Alawi al Syaibah. 
6. Keluarga al Ahdlar. Nasab mereka kembali ke Sayyid Muhammad bin Ahmad Qasam bin Alawi al Syaibah. Di antara mereka ada yang berada di Saihut, Dathinah, Awaliq, dan lain-lain. 
7. Keluarga al-Jailani yang berada di Markhah, Do'an, Rehab dan al Aisar. Nasab mereka kembali ke Sayyid Muhammad bin Ahmad Qasam bin Alawi al Syaibah.
8. Keluarga Hamdun di Habasyah. Nasab keluarga ini kembali ke Sayyid Muhammad Hamdun bin Alawi bin Muhammad al Mu'allim bin Ali Jahdab bin Abdul Rahman bin Muhammad bin Abdillah Ba Alawi. 
9. Keluarga al Kherred di Tarim, Doan, Jawa, Palembang, Bali (Indonesia), Kelantan (Malaysia) dan Somis. Nasab mereka kembali ke Sayyid Zain bin Ali Kherred bin Muhammad Humaidan bin Abdul Rahman bin Muhammad bin Abdillah Ba Alawi. 
10. Keluarga Ba Raqbah yang ada di Tarim, India, Jawa, Jambi, Cirebon, Palembang, Siyak, Riau, Surabaya dan Pekalongan (Indonesia). Nasab mereka kembali ke Sayyid Umar Ba Raqbah bin Ahmad al Aksah bin Muhammad bin Abdullah Ba Alawi.
11. Keluarga Ba A'abud Dabhan yang berada di Qasam, Ghaidhah, Dhafar dan Jawa (Indonesia). Nasab mereka kembali ke Sayyid Dabhan bin Ahmad al Aksah bin Muhammad bin Abdullah Ba Alawi. 
12. Keluarga al-Munaffir di Tarim, Malabar, Jawa (Indonesia), Lahj, Habasyah, Hijaz, Zaila ', dan Yaman, dibahas oleh pentahqiq buku Syamsu Al Dhahirah, keluarga al Munaffir bercabang menjadi: 
1) Keluarga Al Munaffar di Malabar dan Jawa (Indonesia). 
2) Keluarga Al Marzaq di Bangil Jawa (Indonesia) 
3) Keluarga Fad'aq di India, Suqatra, Hiban, al Awaliq, Syaqrah. 
4) Keluarga Abi Numi di Habasyah, Syihir, Ghail, al Mukalla, Hajar, Ahwar, India, Dhafar. 
5) Keluarga Al Mutahhar di Qasam, Jawa, India dan Syihir. 
6) Keluarga Mudaihij di Tarim, Raidah, Jawa, Yaman dan India.
7) Keluarga Bin Hamid di Tarim, Malabar dan Jawa (Indonesia). 
8) Keluarga Madhar di Dhafar, Makkah. Di antara mereka juga ada yang di Ahwar.

wallahu a'lam 
sumber: indo hadhramaut

Rabu, 16 Januari 2019

ASAL USUL FAM AL-BIN SUNGKAR AL-KINDI

Nama keluarga “SUNGKAR” ini sebenarnya dari mana dan maknanya apa? Sebagian besar cerita yang diceritakan dari mulut ke mulut serta penjelasan yang ada menyebutkan bahwa nama “ SUNGKAR “ ini diambil dari kata Sukkar yang artinya gula. Disebut Bin Sungkar karena dikatakan dari sebuah sumber bahwa Bin Sungkar inilah yang pertama kali menjual gula di Hadramaut (اول من باعوا السكر بحضرموت ) . Tetapi disebutkan oleh Al Faqieh As-Syaikh As-Sama’ani, ada sebagian lain yang mengatakan bahwa SUNKAR ini memang diambil dari kata Sukkar (gula) yang memiliki arti manis, tetapi bukan karena keluarga ini merupakan penjual gula yang pertama di Hadramaut, melainkan karena golongan ini terkenal dengan bahasa dan kata katanya yang manis dan halus. Wallahu’alamu bis-showab.
Nasab keluarga Bin Sungkar ini kembali sampai ke Abyd Al-Mulaqob Basunkar bin Ali bin AbdurRaouf bin Manshour bin Mubarak bin Aslam bin Abied bin Sa’ad bin Musa bin Ibrahiem bin Aboud bin Ishaq bin Sholeh bin Aboud bin Abied bin Abdullah bin Imran bin Umar bin Sai’ed bin Sa’ad bin bin Imran bin Al Aswad bin Amru bin Sa’ad bin Zar’ah bin Sai’ed bin Aziez bin Sayf bin Al Aswad bin Qais bin Ma’ad Yukarab bin Al Harits bin Amru Al Qais bin Malik bin Ka’ab bin Adi bin Ka’ab bin Uqbah bin Syabieb bin Uqbah bin Ka’ab bin Amru Al Qais bin Malik nin Ha-syad bin Al-Mundzirien bin Al Fatak bin Ha-syad Al-Mundzirien bin Malik bin Ha-syad Al Akbar bin Syabieb bin As Sukun bin Asyras bin Kindah dari (Bani Kindah).
Nasab tersebut ditemukan tertulis dari tulisan Al-Alamah Asy-Syaikh Salim bin Muhammad bin Hameed yang ditulisnya pada 17 Sya’ban 1293 Hijriyah, dikutip dari tulisan tangan Al-Alamah Ali bin Abdul Raheem Baktsier yang ditulis tangan olehnya pada tanggal Hari Sabtu 11 Rabi’ul Tsani tahun 1250 Hijriyah, yang dikutip dari tulisan tangan Syaikh Abdullah bin Umar bin Salim Bafadhal di Tarim ditulis pada 29 Rajab tahun 1013 Hijriyah, ditemukan dikutip dari tulisan tangan Al Faqieh Sayyid Muhammad bin Aqiel bin Syekh bin Ali bin Abdullah Wathob Al-‘Alawy di Tarim ditulis pada tanggal Hari Kamis, 23 Romadhon tahun 986 Hijriyah, dan diberi tanggal disitu wafat Abied bin Ali Sungkar setelah tahun 897 Hijriyah. Dan keluarga Bin Sungkar ini sangat dekat hubungan kekerabatannya dengan Keluarga Askar, dari kakek-kakeknya.
Keluarga ini memiliki beberapa pecahan-nya, yaitu seperti Al-Urmi, Al-Ghurfy, Bin Awood, Bin Abdisyekh, Abood, Faraj, Dahman, Syariuf dsbnya. Nama nama pecahan ini berasal dari daerah asalnya di Hadramawt serta menunjukkan nama kakek pertama yang datang ke Indonesia. Contoh Sungkar Al-Urmi itu berasal daerah Urma di Hadramaut, kemudian Syariuf juga sama dari daerah Syariuf, demikian halnya dengan Ghurfi dari daerah Al-Ghurfi. Sedangkan Abood, Faraj, Abdisyekh, Dahman menunjukkan kakek-kakek mereka yang pertama ke Indonesia. Seperti keluarga Sungkar Faradj, atau biasa disebut Faradan, karena dari nama kakeknya yaity Faradj bin Ali bin Sungkar.
🔹🔹🔹🔹🔹🔹
Keluarga Bin Sungkar di Indonesia pada awalnya terpusat di Tegal, Pekalongan dan Solo,
walaupun belum ada catatan sejarah yang bisa menjelaskan siapakah dari keluarga Bin Sungkar ini yang pertama kali datang ke Indonesia dan pada tahun berapa kedatangan awalnya.
Tetapi catatan sejarah menuliskan bahwa hingga sekitar awal tahun 1899, di Tegal; Pemerintah Kolonial Belanda menunjuk seorang Kepala Koloni Arab disana dari keluarga Bin Sungkar, yaitu Syekh Abdullah bin Ahmad bin Bakeran bin Sungkar.
Yang lahir di Haynin (Wadi Hadhramaut) dan diperkirakan datang di Indonesia sekitar tahun 1845.
Keluarga Bin Sungkar ini selain terkenal sebagai keluarga ahli perdagangan atau bisnismen, juga dikenal sebagai keluarga ahli agama.
Salah satu tokoh ulama dari keluarga Bin Sungkar ini adalah Al Faqieh Syeikh Umar bin Aqad bin Ahmad bin Sai’ed bin Abied Sungkar bin Ali bin Abdur-Rauf Al Hadrami yang meninggal pada tahun 1002 Hijriyah dari daerah Ja’iemah.
Keahlian dalam dunia perdagangan ini terbukti sekali dengan keberhasilan mereka sebagai pedagang pedagang besar pada masanya, dari mulai pengusaha property di daerah Bendungan Hilir dan Surabaya pada tahun 1930an, kemudian sebagai pedagang Tekstil/Batik terkenal di Solo dan Pekalongan hingga nerambah sebagai pedagang kulit terkenal di Indonesia.
Seperti Soengkar Aloermie (qv) & Co. pedagang batik dari Surabaya pada tahun 1930s; yang juga menjalankan N.V. Bouw en Cultuur Mij. Mataram, pertama kali didirikan tahun 1934 di Surakarta.. Kemudian juga ada Ali b. Awad b. Muhammad Al-Urmi seorang saudagar kaya bidang batik dan distributor kain dari Pekalongan, yang juga memberikan bantuan finansial untuk Sekolah Ma'had Islam yang didirikan pada tahun 1942.
Dan di Solo ada Shaykh Sa’id b. Umar b. Awudh b Sungkar atau Said Oemar Soengkar, yang dikenal dengan singkatannya SOS, yang merupakan salah satu dari pengusaha batik Solo yang cukup sukses pada akhir tahun 1930s.
Keluarga ini memiliki pabrik batik yang cukup besar dan pemintalan tenang yang cukup besar di wilayah Solo pada tahun 1939.
Syekh Said ini memiliki seorang adik juga yang cukup sukses di bidang batik, yaitu Shaykh Abdullah b. Umar b. Awudh b Sungkar, yang dikenal sebagai “Dollah Bagus”.
Abdullah Bin Sungkar ini memiliki beberapa Perusahaan Batik, salah satu nya adalah Cap Potret dan Tiga Anak .
Satu dari dua pionir Hadhrami dalam bidang industri tekstil di Java
Selain di ketiga daerah tersebut, ada sebagian dari keluarga Bin Sungkar ini yang hidup diwilayah Batavia, atau Jakarta pada masa itu, yang terkenal cukup modern dengan mengirimkan beberapa anaknya ke Sekolah ke Istambul, Turki diantaranya adalah Abdullah b. Ali b. Salim b. Sungkar; Ahmad b. Bukran b. Abud b. Sungkar, Dawud b. Sa’id b. Salim b Sungkar dan Sulaiman b. Ali b. Salim b. Sungkar.
Pada waktu itu ada 7 anak yang dikirim ke Istambul pada tahun 1899 untuk belajar di Ashiret Mektebi, sekolah untuk Arab dan pemimpin minoritas lainnya, didirikan pada tahun 1892 dengan akomodasi gratis dan penginapan, untuk mempersiapkan mereka dalam karir pemerintahan dan militer.
Selain berhasil sebagai pedagang tekstil/batik, ada dari keluarga Bin Sungkar ini yang juga sukses di bidang lain, seperti bidang properti di Batavia, salah satunya adalah Ali b. Salim b. Ahmad b. Sungkar yang merupakan seorang pengusaha kaya yang pada waktu itu membeli komplek perumahan di daerah Bendungan-Hilir pada tahun 1880 dari tuan tanah Betawi, 'Abdallah b. Sa'id Ba-Salamah. Dan sampai dengan tahun 1886, Ali. b. Salim b. A. Sungkar ini dikabarkan masih memiliki properti tanah di Bendungan Hilir Estate, yang luas daerah tidak diketahui secara pasti, dengan populasi 412 penduduk yang menghuni daerah tersebut, dan pada waktu itu bernilai f16,800.
Banyak dari keluarga Bin Sungkar ini juga yang menjadi Tokoh Terpandang dan Kepala Golongan Arab di berbagai daerah di Indonesia.
Antara lain :
Shaykh Achmad bin Abdullah bin Sungkar : Kepala Arab Ampenan Lombok
Shaykh Abdullah bin Achmad bin Bakeran Sungkar : Letnan Arab Tegal 6 Januari 1888
Shaykh Muhammad bin Achmad bin Sungkar : Wakil Arab dalam Dewan Kota Tegal 1910 & Letnan Arab Tegal, 11 Oktober 1902
Shaykh Ali bin Awab bin Sungkar Al-Urmi : Letnan Arab Pekalongan, 06 Mei 1940
Shaykh Awadh bin Sungkar Al-Urmi : Kapten Arab di Solo, yang kediamannya terkenal dengan peristiwa Fatwa Solo, dengan Syekh Surkati
Saleh bin Ahmad Sungkar : 1920 – 1953 : seorang Pejuang Muda dan Tokoh Islam, Ketua DPRD Lombok
SYEKH AWAB SUNGKAR AL-URMEI : Kapiten Arab Solo/Saudagar Tekstil/Batik Solo.
Dsb.
_____________
Dikutip dari kitab:
1. Idaam Al-Quut Fii Tarikh Hadramaut - إدام القوت في تاريخ حضرموت
2. Mukhtashar Kitab Ad-Daar wal Yaquut fi Ma’rifatii Buyutaat Arob Al-Mahjar : Bani Kindah - مختصر كتاب الدر والياقوت في معرفة بيوتات عرب المهجر وحضرموت : قبائل كنده

CABANG (PECAHAN) DARI FAM AL- KATIRI

Keturunan al Jabir yang berkuasa di sewun pada tahun 1884 bernama sultan Mansur bin galib bin Muhsin bin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Bader bin Abdullah bin Umar bin Bader Abu Tuwerik bin Abdullah bin Ja’far bin Abdulah bin Muhammad bin Syanfari al Hamdani, ia keturunan Bader Abu tuwerik
1. Katiri (al Katsiri)
2. Amiri (al Awamir)
3. Jabir (al Jabiri)
Asy-Syanafirah (asy-Syanfari) atau keturunan Sayanfari al Hamdani al Bader abu Tuweik.Suku yang besar ini terbagi dalam tiga suku. Dan suku al Katsir mendiami diantara Syibam dan Sweun dan ada juga di pegunungan sebelah utara lembah Rasyid dan suku al Katsir ini terbagi lagi dalam lima suku yang pertama dari keluarga al Umar bin katsiri ini terbagi lagi dalam lima suku yang pertama dari keluarga dan keturunan al Umar dan al Katsir yang mencakup keluarga :
I. Al Talib bin Umar Talib bin Umar bin Yamani bin Kaatsir (bin Thalib)
1. Al ja’far bin Talib
2. Al Mar’ie bin Talib
3. Al Yamani bin Talib
4. Al Umar bin Said bin Talib
5. Al Said Ebud bin Talib, Keluarga al Talib ini mendiami Hotah Gerew dan sekitarnya.
6. Al Hedrah (bin Hedrah) keluarga ini perpecahan dari keluarga bin Talib yang sudah terpisah yang menjadi keluarga yang di sebut dari keturunan (al Mar’ie bin Umar).
Keluarga al Haidrah ini mediami dhyiyam Gurfah
II. al Umar bin Katsiri yang mencakup keluarga al Falhum bin umar bin Yimani bin Katsir (bin Faalhum) keluarga ini Terbagi dari tiga keturunan bersaudara
A. Al Awad bin Umar bin Falhum
• al ‘As (al ‘As)
• bin Tanfirah atau Attanfirah (bin Tanfirah)
• al Bargi (al Bargi)
B. Al Umar bin Hemud bin Falhum
• al Fas (Balfas)
• al Erar (bin Erar)
• al Kahayyil (bin Kahayyil)
C. Al-Ebud bin Ja’far bin Falhum
• al Weil (Balweel)
• al Fahesa (balfahesa)
• al Somil (bin somil)
Keluarga al Falhum ini dari dahulu mendiami al Gurfah dan al Hotah, babakar dan sekitarnya.
III. al Umar bin Katsir yang mencakup keluarga
a. al Umar Ambadar (bin Umar Ambadar)
b. al Mahri (bin Mahri)
c. al On (bin On bin Abdullah)
d. al Bader bin Abdullah bin (Bader bin Abdullah)
e. al asy Syain (bin Syain)
Keluarga al Umar bin Kasir ini dahulu mendiami al Gurfah, Babakar dan sekitarnya
IV. al Amir bin Kasir ini yang Mencakup keluarga al Amir bin Yimani bin Katsir (al Amir)
1. al Ibdad (bin Abdad)
2. al Abdul Aziz (bin Abdul Aziz)
3. al Bin Said (bin al Bin Said)
4. al Muhammad bin Umar (bin Muhammad bin Umar)
5. al Kuddah (bin Kuddeh)
6. al Misfor (bin Misfir)
7. al Ma’tuf (bin Ma’tuf) al Maatif
Keluarga al amir bin Kasir ini dahulu mendiami al Gurfah al Garah Bahereh dan sekitarnya.
V. al koedeh bin Katsir yang mencakup keluarga al Koedah bin Yimani bin Katsir (al Koedeh) sejak dahulu sudah punah dan tidak ada lagi keturunannya.
VI. Pecahan yang di sebut al On (al Owaini)
Keluarga ini terbagi dalam dua bersaudarayaitu :
A. Keturunan al Said bin On keluarga yang mencakup :
1. al Ja’far bin Bader (bin Ja’far Ambader)
2. al Barayeis (Barayyis)
3. al Munabari (bin Ali Ambadar)
4. al bin Said (bin al bin Said)
5. al Zimah (bin Zimeh) = bin Abdullah Ambader
6. al Seger (bin Seger)
7. al Beram (al Beram)
8. al Gefeil (Gafeil)
9. al Syamlan (bin Syamlan)
B.Keturunan al Amir bin On. Keluarga yang mencakup :
1. al Sanad (bin Sanad)
2. al Hadil (bin Hadil)
3. al Rauwas (Barauwas)
4. al Ladraf (Baladraf)
5. al La’jam (Bala’jam)
6. AL HAMDAN (bin Hamedan)
keluarga al ON ini dahulunya mendiami Syaggim Naiydi (Najdi) al Goful, Madudeh Wadi jaemeh dan sekitarnya.
VII. Pecahan keluarga yang di sebut al Said (bin Said) Keluarga ini terbagi dalam tiga turunan beraudara, al Ali Muhammad, al Ja’far Muhamad, al Amir Muhammad
1. al Elly (bin Elly)
2. al said (al Ja’far Muhammad)
3. al Ebud bin Said (bin Ebud bin Said)
4. al Gehum (Balgehum)
5. al Mar’i (bin Mar’i)
6. al Dahdu (bin Dahdu)
7. al Syar’i (bin syar’i)
8. al Hajeri (bin Hajeri) Keluarga al Hajjeri ini termasuk dari al Said.
Keluarga al Said ini dari dahulu mendiami Wadi Jaemeh dan sekitarnya.
VIII. Pecahan yang di sebut (al Hemud bin Bader) al Saif
al Seif (bin Seif)
Semua suku dari al Katsiri ini sedarah dari satu keturunan syanfari al Hamdani dari keturunan al Bader abu Tuwerik dan di pedalaman Hadramout penguasa yang terkuat adalah penguasa sewun (al Katsiri) yang kekuasaanyayang terkuat adalah penguan sewun (al Katsiri) yang kekuasaannya di akui ke Terim – al guraf.
Teris dan sultan seun mengangkat kakaknya sebagi wakil pemerintahan Terim dan sekitarnya dari anggota suku al Katsiri memnduduki juga pengunangan di sebelah utara lembah bin Rasyid suku Al awamir
Mengenai suku al Bajerai (Bajerai) suku yang tinggal di sebelah timur laut. Seun di kelilingi oleh suku al Katsir dan suku awamir dan suku bajeri ini tidak sedarah dengan keturunan Syanfari namun sesuai dengan konferensi simbolik ia tetap mengakui sultan sewun sebagai pimpinannya
Al awamir (al Amiri) yang mendiami lembah besar di antara sewun datn Terim dan pegunungan di sebelah utara suku itu di bentuk oleh keluarga.
1. al Abdul Bagi (bin Abdul Begi)
2. al Hamis (bin Hamis)
3. al Halilah (bin Halilah)
4. al Matrif (bin Matrif)
5. al Gan’nas (bin Gan’nas)
6. al Yuhiyir (bin Yuhiyyir)
7. al Barhim (bin Barhim)
8. al Saif (bin Saif)
Suku al Awamir (amri) ini terdiri dari Orang badui di Pegunungan sebelah utara Sewun.
Al Karab an Nahdi (Nahdi), Suku Badui di pedalaman Lembah Ra’aihhiah dan lembah BesarHinggah ke Gauzah dan Hainan.
Keluarga ini mencakup :
1. al Hukmain (al Hakam)
2. al Rawdan (al –Rawdani)
3. al Syahbali (al Syahbal)
4. al Huwel (bin Huwel)
5. al Hairasy (bin Hatrasi)
6. al Balala (bal’ala)
7. al Sabit (bin Sabit)
8. al Ajjaj (bin Ajjaj)
9. al Zo (bin Zo)
10. al Ganes (bin Ganes)
11. al Syabibi (Syabibi)
12. al Fahaid (bin Fahaid)
13. al mas’ari (bin Mas’ari)
14. al Musyirrig (bin Musyirrig)
15. al Faris (bin Faris)
16. al Abri (bin Abri)
17. al Buggeri (bin Hajeri)
18. al Muda’dah (bin Muda’dah)
19. al Kaleb (bin Kaleb)
20. al Mugezeh (bin Mugazeh)
21. al Bisyir (bin Bisyir)
Kepala keluarga al Hakam (al Hukmain) juga Kepala seluruh suku Nahdi (Nahed) yang berkedudukan di Gauzah.
Al ja’dah (al Jaedi), Suku yang di bentuk dari Keluarga
1. al Syamlan (bin Syamlan)
2. al Murdah (bin Murdah)
3. al Hilabi (bion Hilabi)
4. al Tahir bin Rajib (bin Tahir bin Rajib)
5. al Ma’di (bin Ma’di)
6. al Segeri (bin Segeri)
7. al Jessar (bin Jessar)
8. al Muhan’neh (bin Muhammad)
9. al Nuguh (bin Nuguh)
10. al Hamad bin Ali (al Hamad bin Ali)
11. al Maretan (bin Maretan)
12. al Hamad (bin Hamad)
13. al Am’mar (bin Am’ar
Suku al Jaedi ini mendiami lembah Amid dan Hampir seluruhnya suku Badui. Kepala keluarganya al Syamlan sekaligus Kepala suku al Ja’da (jaedi).
Al Hariz (bin Hariz) keluarga suku ini hampir seluruhnya suku Badui dari pecahan dan keturunan al Ja’dah (al jaedi) yang sudah terpisah menjadi keluarga suku tersendiri yang di sebut dari kuturunan Bani Mar’ta.
Bani Zan’ah (az Za’ani) suku terbagi dalam tiga suku lagi
Al Tamim (at Tamimi) yang bertempat di lembah besar di antara al Falluga dan Gaber Nabi Hud
Suku ini mecakup Keluargaini :
1. Al Yamani (bin Yamani)
2. Al Muhammad (bin Muhammad)
3. Al Zaydan (al Zaidan)
4. Al Garamayah (bin Garmus)
5. Al Syamlan (bin Syamlan)
6. Al Gasir (bin Gasir)
7. Al Syaiban (bin Syeban)
8. Al Silmih (bin Silmeh)
9. Al mirsaf (bin Mirsaf)
10. Al Abduh asy Syeh (bin Abduh Syeh)
11. Al Usman (bin Usman
Kepala keluarga at ‘Tamimi al Yamani juga seluruh suku Tamim.ia berkediaman di Gasim.

Selasa, 09 Oktober 2018

Perbedaan antara Imam, Syeikh, Mufti dan Faqih

Imam mempunyai tiga arti
1. Orang yang mengimami sholat
2. Pemimpin pemerintahan
3. Orang yang berilmu. Tidak ada batas minimal kapan seorang itu bisa disebut imam. Tapi sebutan itu merujuk kepada seberapa masyhur ulama' tersebut di antara ulama'-ulama' yang lain.

Sedangkan kalimat "syeikh" mempunyai beberapa arti:
1. Ditilik dari segi bahasa, yang berarti orang yang umurnya sudah 60 tahun atau lebih.
2. Pemimpin sebuah kaum, walaupun umurnya masih tergolong muda.
3. Di Mesir, kata ini juga digunakan bagi orang yang belajar ilmu syari'ah, walaupun dia masih kecil. Contoh: Orang yang hafidz al Qur'an. Karena menghafal al Qur'an termasuk salah satu dari ilmu syari'ah.

Kalimat "faqih" disematkan bagi orang yang belajar suatu ilmu khusus untuk mengetahui hukum amaliyah syar'iyyah yang diambil dari sumber syari'at Islam. Sumber syari'at Islam terdiri dari al Qur'an, sunnah, ijma' dan qiyas.

Dengan demikian faqih adalah orang yang bergelut dengan nash-nash untuk memahaminya dan mengambil kesimpulan hukum syari'ah darinya, baik wajib, sunnah, mubah, makruh ataupun haram.

Sedangkan "mufti" sebagaimana kalimat "faqih", tapi salah satu syarat tambahan untuk seorang mufti adalah harus tau dan paham keadaan di lingkungan sekitar. Karena salah satu tujuan adanya mufti adalah untuk menjaga maqashid syari'ah, yaitu: Hifdzu nafsi (badan), aqli (akal), diin (agama), karamah insan (kemuliaan manusia) dan milkuhu (kepemilikannya).

Biasanya seorang faqih di Mesir dipilih oleh lembaga-lembaga keagamaan, seperti: Universitas al Azhar, Majma' al Buhuts, Wizarah al Auqaf, Wizarah 'Adl.

Sedangkan seorang mufti di Mesir dipilih langsung oleh Presiden. Dan disyaratkan mempunyai derajat keilmuan yang tinggi dalam syari'ah, mempunyai daya analisis yang tinggi berhubungan dengan keadaan sekitar, mampu memberi fatwa, terkenal dengan 'adalah dsb.

Dan masih ada lagi istilah-istilah yang lain, seperti:
1. al Imam al Akbar disematkan kepada syeikh al Azhar.
2. Ma'ali al Wazir disematkan kepada Wazir al Auqaf.
3. Fadhilah al Ustadz al Duktur disematkan kepada Rais al Jami'ah.
4. Fadhilah al Mufti disematkan kepada Mufti Mesir.

Sabtu, 11 November 2017

Desa Dukuhbadag, Cibingbin, Kuningan


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dukuhbadag
Desa
Negara  Indonesia
Provinsi Jawa Barat
Kabupaten Kuningan
Kecamatan Cibingbin
Luas -
Jumlah penduduk -
Kepadatan -
Dukuhbadag adalah sebuah Desa yang berada di wilayah Jawa Barat Kecamatan Cibingbin Kabupaten Kuningan.

SEJARAH

AWAL BERDIRINYA DESA DUKUHBADAG
Dahulu kala pada waktu masa Kerajaan Mataram, disuatu tempat atau wilayah ada sebuah Padepokan yang penduduknya hanya beberapa penghuni saja. Di padepokan tersebut kehidupan masyarakatnya di pimpin oleh 2 (dua) tokoh saudara, yaiu :
1.Ki Buyut Wisa Merta
2.Ki Buyut Merta Wisa
Dua orang tokoh tersebut merupkan Pengembara yang berasal dari daerah Gunung Puteran (sekarang Capar). Padepokan artinya sebuah tempat yang dihuni manusia dengan segala kegiatannya. Sekarang tempat itu disebut Depok berada di sebelah barat Desa Dukuhbadag
Pada waktu itu wilayah Depok merupakan wilayah kurang subur dan selalu terkikis oleh aliran sungai/kali Cikaro, sehingga Padepokan mengalami pergeseran tempat, semakin ke utara, dan oleh sebab sering bergeser maka tempat tersebut sekarang dinamakan blok Keser.
Setelah dua tokoh sebagai pimpinan Padepokan yaitu Buyut Wisa Merta dan Buyut Merta Wisa meninggal kelompok masyarakat tersebut pindah ke sebuah lokasi yaitu bernama Golampit atau sering disebut Dukuh Turi (karena banyak pohon Turi). Di wilayah inilah pertumbuhan penduduk makin bertambah, dengan banyak pendatang dari daerah Pantura (Pantai Utara) yang konon kabarnya di daerah asalnya situasi keamanan sangat gawat. Sehubungan dengan pertambahan jumlah penduduk, pelebaran wilayah mulai merambah ke tempat yang lebih rata dan dianggap cukup sehat sehingga membentuk suatu perkampungan dengan nama CISAHAAT dan penyebutannya lama kelamaan berubah menjadi CISAAT, hal ini dikaitkan dengan aliran sungai Cikaro yang mengalir ke daerah tersebut yang setiap musim kemarau Sungai Cikaro benar-benar kering atau saat. Setelah membentuk perkampungan dengan jumlah warga makin bertambah diangkatlah seorang tokoh sakti menjadi pemimpin kampung Cisaat yang bernama MAYA KERTI.
Seiring dengan pertumbuhan kampung Cisaat, pada waktu itu terjadi pembagian daerah perbatasan yang dilakukan oleh Kerajaan Gebang yang ratunya bernama Ratu Aria Sutajaya Upas.
Kampung Cisaat merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Gebang, kemudian diangkatlah Maya Kerti sebagai Ngabeui, yaitu jabatan setaraf Kuwu yang mempunyai kewajiban menyetor upeti setiap tahun.
Selang beberapa tahun kemudian Maya Kerti jatuh sakit dan penyakitnya cukup berat yang berakibat tubuhnya cacat sehingga Maya Kerti mengubah namanya menjadi Maya Taruna (Bapak Maya yang penuh cacat). Dalam rangka menjalankan kewajibannya untuk memberikan upeti ke Ratu Gebang, Maya Kerti yang berubah nama menjadi Maya Taruna melaksanakannya secara langsung dikarenakan tidak boleh diwakilkan kepada orang lain. Sehingga ketika menghadap Ratu Gebang, Maya Kerti berangkat dengan menggunakan Tandu. Dari kejadian inilah Buyut Maya Kerti dijuluki oleh Gusti Sinuhun Aria Sutajaya Upas dengan julukan Ngabeui Tandu Maya, yang pengucapannya lama kelamaan berubah menjadi Tanu Maya (tercatat dalam sejarah sebgai Ngabeui Pertama Desa Dukuhbadag).
Perkembangan jumlah penduduk semakin bertambah dan penambahan perkampungan terjadi, apalagi dengan datangnya pendatang baru dari daerah Jawa Tengah yang terkenal dengan sebutan Buyut Jawa. Datang bersama rombongan Nini Gendel (sebutan karena rambutnya gendel/gimbal) dan tinggal membentuk perkampungan baru yang bernama kampung Maja (sampai sekarang tempat tersebut tidak berganti nama). Penambahan kampung berikutnya terjadi dengan adanya seorang pertapa terkenal bernama Aki Dukuh. Bersama pengikutnya ia membuat pondoknya disebelah utara Kiara Padung dan membuat perkampungan dengan nama Kampung Karangsari (sampai sekarangpun nama kampung tersebut tidak pernah berubah).
Proses kegiatan kehidupan masyarakat berjalan dengan baik sehingga perambahan demi perambahan dalam memperluas perkampungan kerap terjadi. Disebelah utara perkampungan Karangsari ada suatu pelataran yang cukup resik dan luas hal ini diakibatkan oleh endapan lumpur dan bebatuan yang terbawa arus sungai Cijangkelok. Hal tersebut membawa dampak dan daya tarik tersendiri bagi warga perkampungan untuk pindah dan menetap pada areal baru itu tersebut.
Diceritakan setelah perkampungan baru terbentuk, ada seorang petani tembakau yang cukup berhasil dan terkenal akan rasa dan aroma tembakaunya. Ada keunikan dalam mengolah hasil panennya, yaitu dalam memotong daun tembakau yang sudah dipanen. Dia memakai cara dipotong/diiris besar-besar (badag-badag), tidak seperti lazimnya petani yang lain memotong/mengiris dengan cara lembut atau tipis-tipis.
Saking terkenalnya orang tersebut maka irisan daun tembakau yang besar-besar membawa perkampungan tersebut dengan julukan Dukuhbadag.
Pertumbuhan penduduk sangat cepat mengalami penambahan dan perkampungan baru yang disebut Dukuhbadag sangat nyaman dan strategis sehingga timbul kesepakatan untuk memindahkan pusat pemerintahan dari kampung Cisaat ke kampung Dukuhbadag. Setelah Dukuhbadag menjadi pusat pemerintahan dikala itu, maka atas restu sinuhun Ratu Gebang diangkatlah seorang tokoh sakti menjadi pemimpin yaitu Ngabeui Brajadigiri.

TATA PEMERINTAHAN

Desa Dukuhbadag dipimpin oleh seorang Kuwu atau Kepala Desa
DAFTAR KEPALA DESA YANG TELAH MEMIMPIN DESA DUKUHBADAG
No Nama Kepala Desa Waktu Jabatan Jumlah Tahun Ket
1 Buyut Tandu Maya Th ……. s/d ….. ? ?
2 Ngabeui Brajadigiri Th ……. s/d ….. ? ?
3 Buyut Argadiwangsa Th ……. s/d ….. ? ?
4 Buyut Cadikrama Th ……. s/d ….. 3thn ?
5 Buyut Argadiwangsa Th ……. s/d ….. ? ?
6 Bapak Cakra Dimerta 1842 s/d 1872 30thn Kuwu Bintang
7 Bapak Wiradiwangsa 1872 s/d 1886 14thn
8 Bapak Sacadiprana 1886 s/d 1898 12thn
9 Bapak Sacawinata 1898 s/d 1906 12thn
10 Bapak Bangsa Dipa 1906 s/d 1920 14thn
11 Bapak Atma Disastra 1902 s/d 1945 25thn
12 Bapak Marga Disastra 1945 s/d 1948 3.5thn
13 Bapak Sastra Wijaya 1949 s/d 1951 2.5thn
14 Bapak Wangsa Disastra 1951 s/d 1953 3thn
15 Bapak Parta Disastra 1954 s/d 1962 8thn Kuwu Hormat
16 Bapak Tirta Praja 1962 s/d 1970 8thn
17 Bapak Praja 1970 s/d 1973 2thn
18 Ibu Unijah 1973 s/d 1985 8thn
19 Bapak H.Nursidik 1985 s/d 2002 16thn
20 Bapak E.Suhendriana.EK 2002 s/d 2004 1.5thn
21 Dedy Juhendi 2004 s/d 2012 8thn Kuwu Hormat
22 Kastum 2012 s/d..... ... sekarang masih bertugas
Sumber :http://dukuhbadag.blogspot.com/2012/09/daftar-kepala-desa-yang-telah-memimpin.html?m=1

SENI DAN BUDAYA

1.SINTREN
Sintren adalah sebutan kepada peran utama dalam satu jenis kesenian. Tapi akhirnya sebutan itu menjadi satu nama jenis kesenian yang disebut sintren. Sintren asal kata sesantrian artinya meniru santri bermain lais, debus, rudat atau ubrug dengan menggunakan magic (ilmu ghaib). Seni sintren ternyata tidak hanya hidup di daerah Kabupaten Majalengka, Indramayu dan Cirebon. Tapi juga hidup di Desa Dukuhbadag, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan.
Menurut, Udin Sahrudin, tokoh sintren di Desa Dukuhbadag, munculnya seni sintren di Kuningan belum bisa dipastikan. Sebab sampai sekarang belum ada penelitian ilmiah, tetapi yang jelas sejak tahun 1930 sudah banyak warga Desa Dukuhbadag yang mengadakan pertunjukan seni sintren terutama pada acara pesta khitanan dan pernikahan.
“Dulu yang pertama kali menjadi pimpinan seni sintren di Desa Dukuhbadag yakni Ibu Warjiah, tetapi saya tidak tahu pasti dari mana awal perkembangan seni sintren itu,” kata Udin Sahrudin.
Berdasarkan cerita orang tua dulu, lanjut dia, sini sintren di Dukuhbadag dibawa oleh orang dari daerah lain yang sengaja untuk mencari nafkah yakni sebagai Kukurung. Kukurung merupakan bahasa dialek masyarakat Desa Dukuhbadag yang ditujukan kepada orang yang sedang memcari nafkah dengan cara menjual jasa memanen padi.
Dia menjelaskan, mereka (kukurung) diperkirakan datang dari daerah perbatasan Kecamatan Cibingbin Kabupaten Kuningan dengan Kecamatan Banjarharja Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Diantaranya saja Desa Cibendung, Cikakak, Karangjunti, Pande, Dukuhjeruk dan Desa Randegan. Ada pula yang datang dari daerah perbatasan Kabupaten Cirebon, diantaranya Desa Tonjong, Cilengkrang, Ciledug, pabuaran, Cikulak, Leuweunggajah dan desa lainnya.
Kukurung-kukurung itu datang bukan saja ke Desa Dukuhbadag, tetapi ke desa lain di Kecamatan Cibingbin antara lain Desa Bantarpanjang, Cisaat, Citenjo, Cibingbin, Desa Cibeureum dan Desa Tarikolot, bahkan sampai Desa Sukasari dan Tanjungkerta KecamatanKarangkancana. (Desa Cibeureum dan Desa Tarikolot, kini Kecamatan Cibeureum)
“Untuk melepas lelah, kukurung-kukurug itu mengadakan pertunjukan seni sintren, di halaman rumah warga tanpa mendapat upah dari pemilik punya rumah, kecuali jamuan alakadarnya,”imbuhnya.
Dikatakan, pertunjukan sintren tidak selamanya memerlukan panggung, mereka bermain di halaman rumah beralaskan tikar, para penabuh gamelan dan juru kawih sambil duduk, sedangkan sintren menari sambil berdiri lemah gemulai mengikuti irama irama gamelan.
“Konon kabarnya, anak yang sudah dijadikan sintren harus mengalami 21 kali pentas, lebih sempurna 40 kali pertunjukan. Hal ini dipercaya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan bagi pribasdi sintrennya, terutama musibah. Setelah 40 hari biasanya rombongan seni tersebut mengadakan hajatan selamatan agar dijauhkan dari mara bahaya,” paparnya.
Daerah Penyebaran
a.Desa Bantar Panjang
b.Desa Cibeureum
c.Desa Cibingbin
d.Desa Cisaat
e.Desa Dukuhbadag
f.Desa Sukasari
g.Desa Tanjung Kerta
h.Desa Tarikolot
i.Kab. Brebes
j.Kab. Cirebon
k.Kab. Indramayu
l.Kab. Kuningan
m.Kab. Majalengka
Tokoh-Tokoh Sintren di Kec.Cibingbin
a.Warijah (Almh) di Desa Dukuhbadag tahun 1930.
b.Darpi (Almh) di Desa Cibingbin tahun 1935.
c.Jatmadi di Desa Cisaat tahun 1942.
d.Unti di Desa Dukuhbadag tahun 1944.
e.Waluh di Desa Dukuhbadag tahun 1973.
f.S.Subagyo di Desa Dukuhbadag tahun 1979.
2.GEMBYUNG
Sejarah dan perkembangan
Kesenian tradisional yang satu ini disebut seni Gembyung atau dikenal sebagai seni “Terbangan” yang bernafaskan islami. Pada setiap pementasan para pemain pendukung melantunkan shalawat-shalawat Nabi, Iramanya mirip kelompok paduan suara dengan intonasi yang teratur. Terkadang intonasinya tinggi lalu merendah. Begitulah seterusnya silih berganti. Dan tiba-tiba berhenti mendadak.
Gembyung merupakan jenis musik ensambel yang di dominasi oleh alat musik yang disebut waditra. Seni Gembyung merupakan salah satu kesenian peninggalan para wali di Cirebon, Namun tidak hanya di Cirebon kesenian gembyung juga Dilestarikan dan berkembang di kabupaten Kuningan sejak sekitar abad ke 15. Seni tersebut terdapat hampir di semua kecamatan yang ada di kabupaten Kuningan. Khususnya di kecamatan Cibingbin tepatnya di desa Dukuhbadag yang akan menjadi inti dalam pembahasan ini. Seni ini merupakan pengembangan dari kesenian Terbang yang hidup di lingkungan pesantren. Konon seperti halnya kesenian terbang, gembyung digunakan oleh para wali yang dalam hal ini Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga sebagai media untuk menyebarkan agama Islam. Kesenian Gembyung ini biasa dipertunjukkan pada upacara-upacara kegiatan Agama Islam seperti peringatan Maulid Nabi,dan Rajaban, namun tidak hanya dipentaskan di acara-acara keagamaan, kesenian gembyung ini juga banyak dipentaskan di kalangan masyarakat seperti ngaruat bumi, ngali taneuh, babarit, Khitanan, dan lain-lain.
Tokoh-tokoh gembyung
Orang-orang yang pertama kali membawakan kesenian gembyung di Desa Dukuhbadag,antara lain :
Ø  Surlandi (alm)
Ø  Kartawinata (alm)
Ø  Tabjani (alm)
Dia-dia mulai membawakan kesenian gembyung di Dukuhbadag mulai pada tahun 1930-an. Dia membuat sendiri peralatan gembyung nya dan sampai saat ini alatnya masih ada, walaupun sudah tidak dapat di pergunakan lagi.
Menurut bapak D.U. Sahrudin, Saat itu bapak Kartawinata menginginkan bila dia meninggal,dia ingin diiringi oleh musik gembyung.
Dan orang-orang yang berjasa dalam mempertahankannya kesenian gembyung di Desa Dukuhbadag sekarang diantaranya   adalah :
1.Toharip berusia (85th) dia Lahir di desa Dukuhbadag Kec. Cibingbin, sebagai pemain Terbang besar.
2.Johani berusia (85th)  dia Lahir di desa Dukuhbadag Kec. Cibingbin, sebagai pembawa lagu Sekaligus memainkan Terbang besar.
3.Kustandi berusia (35th) dia Lahir di desa Dukuhbadag Kec. Cibingbin, sebagai pemain terbang kecil.
4.Yasna berusia (35th) dia Lahir di desa Dukuhbadag Kec. Cibingbin, sebagai pemain Gendang.
5.Andri berusia (35th) dia Lahir di desa Dukuhbadag Kec. Cibingbin, sebagai pemain Taju.
Musik gembyung
Peralatan gembyung Buhun sangatlah sederhana berbeda dengan gembyung modern, gembyung buhun memakai peralatan Diantaranya:
1. Terbang besar
2. Terbang kecil
3. Kendang (sebagai pengatur lagu)
4. Taju
5. Nuskah (buku kumpulan shalawat shalawat Nabi)
Alat penunjang pertunjukan
Sama halnya dengan kesenian yang lain kesenian gembyung juga memiliki perelatan-peralatan penunjang pertunjukan agar kesenian ini terlihat tidak membosankan juga terdengar menarik, alat penunjang pertunjukan diantaranya adalah :
1. Kecrek.
2. Pakaian muslim.
3. Kopyah hitam.
4. Sarung.
5. Serban.
6. Dll.
Bentuk pertunjukan
Pementasan seni gembyung dibagi dua tahap yaitu diawali pembukaan tanpa diiringi musik, dan tahap kedua diiringi tetabuhan seraya melantunkan salawat-salawat nabi. Syair-syair yang di bacakan antara lain, Assalam, Mussahri, A-salatu Allanabi dan ayat-ayat lainnya.
Pementasan seni gembyung terkadang bisa semalam suntuk, dengan menampilkan 20 jenis pupuh. Sementara pada acara khitanan anak fungsinya sebagai media hiburan seraya menunggu terbitnya matahari menjelang pelaksanaan acara khitanan.
Di Dukuhbadag sendiri, pementasan seni Gembyung biasanya di laksanakan pada :
1. Hajat Ngarupus
2. Maulid Nabi
3. Sunatan
4. Isra Mi’raj
5. Sedekah Bumi
6. Sesudah shalat Tarawih (biasanya pada malam 20 ke atas)
Menurut tokoh-tokoh yang ada di Dukuhbadag, shalat Tarawih bisa menjadi lebih khidmat bila setelahnya diadakan seni Gembyung.
Upaya pelestarian
Kehidupan seni gembyung sempat mengalami “Senin-Kemis” dan nyaris punah, kalau saja tidak ada pengkaderan atau generasi penerus yang mau menerima tongkat estafet, untuk menjaga dan memelihara seni gembyung peninggalan nenek moyang kita.
Dalam upaya ke arah itu, sudah sewajibnya pihak Depdiknas dan Disparbud Kabupaten Kuningan menaruh perhatian dan berusaha mengadakan peremejaan pemain, karena selama ini yang tampil pada kesenian gembyung umumnya adalah para manula (manusia lanjut usia).
Kalangan pemuda dan pelajar yang berminat di daerah pedesaan perlu diberi kesempatan mempelajari sekaligus menekuni seni Gembyung di bawah bimbingan para seniornya. Sebagai tindak lanjutnya perlu diadakan pembinaan secara terus-menerus dan terarah, dengan sasaran sampai kapan pun Kuningan memilki generasi penerus di bidang seni Gembyung.
Sementara itu, pihak Disparbud turut membantu mempromosikan baik lewat media elektronik, (Radio dan Televisi), media cetak (Koran, majalah, Buku, dll), ataupun melalui pertunjukkan langsung di beberapa tempat ( contohnya apresiasi seni di SMAN 3 Kuningan dalam rangka Smantika Anniversary).
Selain itu, upaya pelestarian seni Gembyung pernah di rintis oleh para pemuda Kuningan pada tahun 1996 melalui “ Festival seni Gembyung “ yang di gelar di gedung pendopo dalam rangkaian hari jadi Kuningan, di ikuti oleh sekitar 30 grup.
Festival seni Gembyung khususnya dan festival seni tradisional lainnya diharapkan bisa ditindak lanjuti dan di lembagakan sehingga menjadi agenda tahunan dalam kalender pariwisata.
Pada tahun 1930-an group-group seni gembyung di dukuhbadag, berjumlah 4 group. Tapi semakin berkembangnya zaman dan globalisasi, grup seni gembyung yang masih aktif di Dukuhbadag hanya tersisa 2 group saja.
Menurut keterangan tokoh seni di Dukuhbadag, saat ini di butuhkan kaderisasi atau pengkaderan terhadap anak anak muda, agar terciptanya regenerasi akan kesenian gembyung tersebut. Selain itu, juga di butuhkan perbaikkan Nuskah atau buku kumpulan shalawat shalawat Nabi, karena buku Nuskah yang sekarang kata-kata nya sudah  kurang jelas atau kurang layak untuk di pakai lagi.
3.BELUK
4.WAYANG GOLEK
Sumber :
http://kuninganmedia.com/buka/baca/1287664203
http://exoseko.blogspot.com/2012/04/sintren.html?m=1
http://yusufardiyansyahblog.wordpress.com/2013/08/04/seni-gembyung-buhun-terbangan/

Sabtu, 12 Agustus 2017

TOKOH-TOKOH TERKENAL DALAM PERJALANAN SEJARAH KETURUNAN ARAB HADRAMAUT (Meluruskan Pemahaman Yang Salah Tentang Keturunan Arab Indonesia)

Tulisan ini ditujukan kepada mereka yang selama ini mengalami kesalahan informasi dan persepsi terhadap keberadaan  Arab Keturunan di Indonesia..
Jika menghitung berapa banyak tokoh-tokoh keturunan Arab yang pernah mewarnai perjalanan bangsa ini, kami jamin anda akan tercengang karena begitu banyaknya mereka. Diaspora, aktifitas dan sumbangsih mereka terhadap negeri ini sangatlah luar biasa. Hebatnya lagi banyak diantara mereka yang berhasil meleburkan diri menjadi masyarakat Indonesia, padahal sebagian besar mereka ini berasal dari keturunan Bani Quraisy yang merupakan suku terhormat dan tertinggi dalam hal “stratifikasi sosial” di lingkungan kehidupan orang Arab. Namun ketika mereka masuk ke Indonesia, sebagian besar mereka ternyata banyak yang mampu berasimilasi dengan pribumi. Sehingga tidak jarang banyak keturunan Arab yang sudah ratusan tahun menetap di negeri ini sudah tidak lagi terlihat sebagai orang Arab dan banyak yang mengganti namanya menjadi nama-nama pribumi. Adanya asimilasi ini jelas sangat menguntungkan kehidupan sosial mereka. Sangat jarang terdengar jika orang Arab itu mendapatkan intimidasi dari lingkungan sekitarnya terutama dari sisi etnisnya. Jika dibandingkan dengan etnis China, justru orang Arab ini lebih bisa diterima secara terbuka. Mungkin karena idiologinya yang sama dan mungkin juga karena Arab memang dekat dihati Pribumi. Kami sendiri ketika mempelajari keturunan-keturunan Arab yang ada di Indonesia terutama mereka yang berasal dari Arab Yaman khususnya Hadramaut cukup dibuat terkaget-kaget ketika mendapati bahwa banyak dari mereka yang eksis dalam berbagai bidang kehidupan, mulai dari Ulama, artis, aktor, politikus, seniman, budayawan, musikus, pebisnis, sejarawan, sosiolog,  dokter, olahragawan, akademisi, bahkan tokoh garis keras juga ada,  dan masih banyak lagi profesi lainnya. Perlu diketahui Arab yang ada di Indonesia adalah Arab yang 98 % berasal dari Yaman khususnya wialyah Hadramaut. Sejak dahulu wilayah Hadramaut ini banyak menciptakan peradaban yang kemudian disebarkan ke berbagai dunia, baik itu dari golongan Sayyid maupun golongan non Sayyid. Arab yang ada di Indonesia adalah Arab yang unik dikarenakan menyebarnya mereka dalam segala kehidupan, dapat kami katakan Arab Hadramaut yang ada di Indonesia adalah Arab Warna Warni (Arab Pelangi). Dan rata-rata mereka itu dalam pemahaman yang kami miliki, banyak yang merasa dirinya “enjoy” menjadi orang Indonesia sejati. Tubuh dan darah mereka mungkin Arab tapi jiwa mereka adalah Indonesia. Inilah salah satu kelebihan bangsa Arab terutama Bani Quraish, di banyak tempat mereka  itu ternyata mampu membawa dirinya dengan baik.
Diantara tokoh-tokoh keturunan Arab yang terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut :
Diantara tokoh-tokoh keturunan Arab yang terdapat di Indonesia adalah sebagai berikut :
  1. Golongan Ulama, Sultan Dan Pejuang
1.   Maulana Malik Ibrahim Azmatkhan Al Husaini, beberapa keturunannya banyak yang menjadi ulama besar dan pejuang di Jawa dan Jayakarta/Jakarta.
2.  Sunan Ampel (Raden Ali Rahmatullah Azmatkhan Al-Husaini), salah satu keturunannya adalah KH As’ad Syamsul Arifin, Tokoh Besar NU.
3.    Sunan Giri (Maulana Muhammad Ainul Yaqin Azmatkhan Al Husaini), Keturunannya yang merupakan ulama-ulama besar adalah :
  • Syekh Ahmad Khotib Al Minangkabawi (Guru Besar Masjidil Haram)
  • Syekh Yasin Al Padani, Musnid Fid Dunnia (pemegang sanad terbanyak)
  • KH Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah Jogyakarta
Keturunannya yang ada di Palembang Sumatra Selatan menggunakan gelar KEMAS, MASAGUS, yang diantaranya :
·  Sunan Candi Walang/Pangeran Ario Kusuma Abdurrahman Kemas Hindi (Pendiri Kesultanan Palembang Darussalam).
·         Sunan Kebon Gede, seorang alim, adil dan bijaksana.
·         Sunan Lembang/Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo
·         Sultan Mahmud Baddaruddin II
·         Pangeran Penghulu Nata Agama Akil
·         Pangeran Penghulu Nata Agama Muhammad Akib
·         Pangeran Surya Kusuma Ali Muhammad Arsyad
·     Ki Marogan (Masagus Haji Abdul Hamid, seorang yang setara dan mirip dengan Mbah Kholil Bangkalan)
·         Kemas Haji Abdullah Umar, Ulama Besar Karismatik
·         Ki Kemas Haji Umar, Sufi Besar Palembang, Mursyid Thariqoh, Ulama yang karismatik (kakek dari ahli sejarah Kemas Andi Syarifudin).
·         Kemas Hasan Umari Pahlawan Perang  5 hari 5 malam
·         Ki Masagus Haji Husin Abu Mansur, Ulama Karismatik
·         Kemas Muhammad Dahlan, Tokoh Pendidikan Palembang (tokoh yang berbeda dengan KH Ahmad Dahlan Jogyakarta)
4.     Sunan Kalijaga (Raden Syahid Azmatkhan Al Husaini), keturunannya banyak yang menjadi ulama besar di Jawa, Palembang.
5.       Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah Azmatkhan Al Husaini), keturunannya banyak yang memakai gelar Tubagus dan Ratu (wanita) Banten, Para Elang di Cirebon dan ulama seperti:
·         Syekh Mansyuruddin Banten
·         Syekh Nawawi bin Umar Al Bantani,
·         Abuya Dimyati Banten
·         KH Abbas Buntet
6.       Sunan Kudus (Sayyid Jakfar Shodiq Azmatkhan Al Husaini), keturunannya yang ada di Jawa dan Madura adalah sebagai berikut :
·           Mbah Kholil Bangkalan Madura
·           Sayyid Bahruddin Banyuwangi (ahli nasab Walisongo).
·           Jenderal Besar Sudirman.
Sedangkan Keturunan Sunan Kudus yang ada di Palembang menggunakan gelar KEMAS. Diantaranya adalah sebagai berikut :
·         Syekh Kemas Ahmad bin Abdullah (Sufi, Ulama Besar dan Waliyullah).
·         Syekh Kemas Muhammad bin Ahmad (ulama Sufi, Guru Kesultanan Palembang).
·         Syekh Kemas Muhammad Azhari bin Abdullah (Sufi, penulis produktif).
·         Syekh Kemas Muhammad Said (ulama pejuang yang Syahid).
·         Syekh Kemas Haji Muhammad Azhari/Ki Pedatuan (ulama besar Karismatik).
·         Ki Kemas H.A Roni Azhari (Sufi dan Ahli Pengobatan).
7.      Sunan Muria (Raden Umar Said Azmatkhan Al Husaini), keturunannya banyak yang menjadi pembesar kerajaan dan ulama.
8.   Sunan  Derajat (Raden Syarifuddin Azmatkhan Al-Husaini) banyak menurunkan ulama-ulama di Madura, Jawa Timur.
9.       Fattahillah Azmatkhan Al-Husaini, keturunannya banyak yang menjadi ulama dan pejuang di beberapa daerah seperti Jayakarta, Lampung, Palembang, Aceh. Beberapa keturunannya yang terkenal adalah :
·         Guru Amin Pejuang Jakarta
·         Raden Intan Pahlawan Lampung.
Di Palembang keturunan Fattahillah memakai gelar KIAGUS yang diantaranya adalah :
·         Tuan Umar Baginda Saleh, Waliyullah, penyebar Islam di Sumatra Selatan
·         Datuk Muhammad Akib (Sufi, Waliyullah)
·         Syekh Abdullah bin Makruf (Penulis, Sufi, Khatib)
·         Kiagus H.A. Malik Imam (penulis, Imam besar Masjid Palembang)
·         Kiagus Penghulu Muhammad Yusuf.
·         Hoofd Penghulu Kiagus Haji Nang Tayyib
·         Kiagus Haji Abdul Hamid imam, ( Imam, Khotib, imam masjid Agung Palembang)
10.   Raden Fattah (Sayyid Hasan Azmatkhan Al Husaini), Pendiri Kesultanan Demak Bintoro. Beberapa keturunannya yang menjadi tokoh-tokoh besar adalah :
·         KH Kasan Besari (Ulama Besar Karismatik)
·         HOS/Haji Oemar Said Cokroaminoto (Bapak Bangsa)
·         Bung Karno (Presiden RI)
·         Kartosuwiryo (Tokoh MIlitan Islam
·         KH Raden Muhammad Adnan (Ahli Tafsir dari Surakarta)
·         Pendekar Pitung Jayakarta (Pejuang Jakarta)
·         Syekh Abdul Ghoni Jayakarta (Sufi, Waliyullah dari Jakarta)
·         KH Ahmad Syar’i Mertakusuma (penyusun kitab sejarah Jayakarta Al Fatawi).
·         Syekh Junaid Al Batawi, (Maha Guru Ulama Mekkah)
·         Guru Mansur, (Ulama Ahli Falak Dari Sawah Lio Jakarta Barat).
_ -   Mbah Nurkarim Cibabat (Waliyullah)
   -  Mbah Jangkung Cibabat Cimahi (Waliyullah)
Keturunan beliau yang lain banyak menyebar di Jawa Barat, Jakarta, Palembang, Madura, Jawa Tengah, Jawa Timur. Di Jawa Barat banyak terdapat keturunanya menjadi Ajengan dan Ulama di Garut, Tasikmalaya, Bandung dan mereka banyak yang memimpin Pesantren,  Sedangkan di Jakarta keturunannya banyak yang menjadi Pejuang dan Ulama dan dahulu mempunyai gelar Ratu Bagus (hampir mirip dengan gelar Tubagus).
11.   Jaka Tingkir (Sayyid Abdurrahman Azmatkhan Al-Husaini), Diantara Keturunannya adalah  
·         Syekh Mutamakkin,
·         Ronggo Warsito
·         KH Hasyim Asy’ari
·          KH Wahid Hasyim
·         Gus Dur
·         KH Sahal Mahfudz
12. Keturunan Sayyid Abdurrahman Basyaiban melalui Sayyid Sulaiman Mojoagung yang tersebar di berbagai daerah seperti Magelang, Pekalongan, Jakarta, Yogyakarta, Semarang, Purworejo,  Surabaya, Pasuruan, Bandung, Banten, Jambi, Mekkah, Jeddah. Di Magelang ini keluarga besar Basyaiban dahulu dikenal dengan gelar Raden Dhoro Sayyid atau Doro Sayyid. Keturunanya banyak yang menjadi ulama besar dan berhasil berbaur dengan pribumi. Basyaiban adalah Fam atau keluarga tertua setelah Azmatkhan Al-Husaini.
13. Habib Husein bin Abu Bakar Alaydrus Keramat Luar Batang. Beliau adalah salah satu Habaib gelombang kedua yang datang di Nusantara, merupakan tokoh karismatik pada masanya.
14.  Sayyid Husein bin Abubakar Alaidrus Kramat Luar Batang Jakarta Utara, sosok ulama karismatik pada masanya.
15.   Sayyid Sholeh bin Husein bin Alwi bin Yahya (Raden Saleh), Pelukis Terkenal Indonesia
16. Al-Habib Usman bin Yahya, Mufti Batavia Pada masa penjajahan, berkat nasihat-nasihat  Habib Usman kepada pemerintah Belanda posisi bangsa Arab pada waktu tidak terlalu banyak ditekan  dan diintimidasi.
17.   Al-Habib Abdurrahman Az-Zahir, Salah satu pemimpin perang Aceh.
18.  Al-Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Al Attas Ulama Besar Pekalongan. Salah satu ulama karismatik yang banyak menelurkan ulama-ulama besar  pada waktu itu
19. Habib Abdullah bin Muhsin Al Attas Keramat Empang Bogor Jawa Barat, ulama yang terkenal akan kelimuwan dan kekeramatannya
20. Habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi, Perintis Pembacaan Maulid Simtudduror yang pertama di Jawa untuk kemudian diestafetkan di Jakarta kepada Habib Ali Kwitang.
21.   Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdor Bondowoso, ulama karismatik.
22.   Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf Gresik, waliyullah besar pada masanya.
23.   Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi Kwitang, Maha Guru Ulama Nusantara. Habib Ali merupakan ulama besar yang memiliki pengikut dan jaringan yang sangat besar, keberadaannya dihormati berbagai kalangan pada waktu itu.
24.   Habib Alwi bin Muhammad bin Thohir Al Haddad, salah satu penasehat Bung Karno.
25.   Habib Husein bin Muhammad bin Thohir Al Haddad, ulama besar  Jombang
26.   Habib Jakfar bin Sekhan Assegaf Pasuruan, guru besar dan Waliyullah, Guru terdekat dari Mbah Hamid Pasuruan.
27.   Habib Ali  bin Husein Al Attas Bungur Jakarta, Rujukan para ulama Jakarta, gurunya para Kyai dan Muallim di Jakarta. Banyak Ulama Besar pernah berguru pada ulama yang karismatik ini, diantaranya adalah KH Muallim Syafi’i Hadzami, Habib Ali Assegaf, KH Buya Abdurrahman Nawi.
28. Habib Idrus bin Salim Al Jufri Palu, Pendiri Pondok Pesantren Al Khairta di Indonesia Timur.
29.   Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih Darul Hadist Malang, Ulama Besar yang alim . Pondok Pesantrennya banyak melahirkan ulama-ulama besar seperti Habib Syekh Bin Ali Al Jufri, Habib Saggaf bin Mahdi, Habib Muhammad Quraish Shihab, Prof. Dr. Habib Abdullah Bil Faqih (Ulama Hadist yang jenius)
30.   Habib Muhammad bin Husein Alaydrus Surabaya (habib Neon), Ulama Besar Karismatik.
31. Habib Salim Jindan Jakarta, Ahli Hadist dan orator, keturunannya yang sekarang melanjutkan adalah Habib Jindan bin Novel dan Habib Ahmad bin Novel.
32.   Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid Tanggul Jembel Jawa Timur, Waliyullah dan ulama karismatik. Pada masanya beliau terkenal dekat dengan Wakil Presiden Adam Malik. Beliau juga Terkenal akan doanya yang mustajab.
33.   Habib Umar bin Hud Al-Attas Jakarta. Salah satu ulama Alawiyyin yang cukup berpengaruh di Jakarta dan beberapa manca negara.
34. Habib Abdurrahman bin Ahmad Asssegaf Jakarta, salah ulama yang terkenal akan keilmuwannya, banyak menelurkan ulama-ulama tangguh Jakarta.
35.  Habib Anis Al Habsyi Solo, salah satu ulama Solo yang cukup karismatik yang setiap mauled dihadiri puluhan ribu jamaah.
36.  Prof. Dr. Alhabib Abdullah Bilfaqih, Ulama Besar Malang, Ahli Hadist Indonesia yang cukup ternama di luar negeri.
37.   Al Habib Syekh bin Ali Al Jufri, Ulama Jakarta yang memiliki jaringan yang cukup luas.
38.   Al Habib Saggaf bin Mahdi bin Syekh Abu Bakar, Pimpinan Pondok Pesantren Ciseeng Bogor yang tidak memungut biaya pendidikan.
39.   Al-Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf, Salah satu ulama Alawiyyin yang cukup menonjol pada masa ini.
40.   Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad bin Ali, Ketua ICI Kwitang.
41.   Syekh Muhammad bin Ali Basalamah, Khalifah Tariqah Tijaniah dari Jati Barang.
42. KH Sholeh bin Muhammad Basalamah, Muqaddam Thariqah Tijaniah yang terkenal di Pantura.
43.   Abdullah Sholeh Al Hadrami, dai
44.   Habib Taufik Assegaf Pasuruan, Ulama dari Pasuruan.
45.   Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf, Pembaca zikir dan sholawat.
46.   Habib Lufti bin Yahya Pekalongan. Salah satu ulama yang cukup berpengaruh di Jawa saat ini. Pengikutnya sangat banyak di wilayah Pekalongan dan sekitarnya.
47.  Husein Umar Al Hajri, Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiah, ketua dewan Pakar ICMI, wakil Ketua Syura Partai Bulan Bintang.
48.   Habib Munzir Musawa, Pencetus Majelis Pemuda di Jakarta.
49.   Habib Ali bin Hasan Al Bahar MA, da’i.
50.   Habib Hasan Assegaf, Majelis Nurul Mustofa.
51.   Ustadzah Lutfiah Sungkar, penceramah di beberapa stasiun TV
52.   Al ustadz Ahmad Al Habsyi, Dai muda ternama.
53.   Syekh Toriq Fikri Al Katiri, Dai Terkenal.
  1. Golongan Politikus Pejuang Dan Perintis Kemerdekaan
  1. Abdurrahman Baswedan, Perintis Kemerdekaan, Pendiri Partai Arab Indonesia (PAI), Anggota Panitia 19 Februari Pembukaan UUD 45 (1945), Anggota BPUPKI, Anggota KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat, Anggota Parlemen RI (1950), Pendiri Kantor Berita Antara, Wartawan, Jurnalis, diplomat, agamawan, negarawan, budayawan, sastrawan dan anggota Partai Masyumi. Tokoh berpengaruh keturunan Arab dan Pejuang Yang disegani yang dikenal sebagai manusia multi talenta. Beliau juga merupakan Pencetus Sumpah Pemuda Keturunan Arab pada tahun 1934 dalam sebuah konfrensi di Semarang. Sampai saat ini Sumpah Pemuda Keturunan Arab adalah satu satunya kelanjutan setelah Sumpah Pemuda tahun 1928.
  2. Syekh Ahmad bin Abdurrahman Bajened, Presiden Syarikat Dagang Islamiah di Bogor (1909)
  3. Syekh Ghalib bin Sayid bin Tebe (Syarikat Dagang Islam)
  4. Syekh Muhammad bin Sayid Bajened.
  5. Ahmad bin Muhammad Musawa Dari Surabaya, Pendukung Utama Gerakan Pan Islami.
  6. Alim Al Gadri (Kapiten Arab Pasuruan), Pelopor Aliran Modern dan gerakan Islam
  7. Hasan bin Smith, aktivis Pendidikan dan Politiik.
  8. Muhammad Husni Thamrin, Pahlawan Nasional dan Tokoh Betawi, dalam kitab Al fatawi diketahui bahwa nasab sebenarnya dari MH Thamrin berasal dari keluarga Al-Qadri yang berlokasi di wilayah sekitar Masjid Angke.
  9. Sultan Hamid Al Qadri, pencipta Lambang Garuda Pancasila.
  10. A.S. Al Attas, Penasehat Ketua PAI (Partai Arab Indonesia), Penandatangan petisi Sutarjo.
  11. H.M. A. Husein Al Attas Ketua Partai Arab Indonesia.
  12. Abdullah Bayasut, Politikus PAI (1947 – 1950).
  13. Husein Bafaqih, Jurnalis, Pejuang PAI, pendiri majalah Aliran Baroe, jurnalis cerdas.
  14. Barkah Al Ghanis, aktifis PAI yang juga istri AR Baswedan.
  15. Abdullah Hasan BPH, Wakil keresidenan Solo.
  16. Said Bahmid, Ketua PAI Maluku tahun 40an.
  17. Abu Bakar Al Attas (bung Abu), gugur dalam peperangan dengan Jepang.
  18. Alhadad, gugur bersama adik Prof. Dr. Sumitro Joyohadikusomo dan dimakamkan di TMP.
  19. Juslam Badres, tokoh pemuda PAI.
  20. Salim Ar-Rasyidi, tokoh yang memonitoring Belanda dengan Bahasa Arab di RRI Jogya (1947 – 1949).
  21. Abdul Kadir Assegaf Yang mendampingi Bung Hatta dalam Koferensi Meja Bundar.
  22. Yahya Alaydrus Yang mendamping Bung Hatta dalam konferensi Meja Bundar.
  23. Faraj bin Said Awad Martaq, Saudagar Besar dan Pembeli rumah di jalan Pegangsaan Timur No 56, untuk kemudian diserahkan kepada Bung Karno.
  24. Ali Gathmyr, Perintis Kemerdekaan, Ketua DPR Tingkat I Sumatra Selatan.
  25. Salim Ali Maskati, Tokoh Perintis Kemerdekaan, tokoh pejuang PAI (Partai Arab Indonesia), merupakan mentor dari AR Baswedan dalam bidang tulis menulis, wartawan Indonesia keturunan Arab pertama. Salah satu karyanya adalah “Indonesia Tumpah Darahku”. Merupakan pelanjut majalah Zaman Baroe.
  26. Mr. Hamid Al Qadri, Politikus, Tokoh Nasionalis, Perintis Kemerdekaan dan Sejarawan, anggota BPKNIP.
  27. Ustadz Husein bin Abu Bakar AL Habsyi, Aktivis Masyumi, Pejuang dan Ulama dari Surabaya.
  28. Abdullah bin Husein Alaidrus, ketua Jamiatul Khoir Yang selalu ikut rapat-rapat Syarikat Islam.
  29. Abdullah Salim Basalamah, ketua DPR DKI (1955 – 1956.)
  30. Saleh Sungkar, Ketua DPR Lombok (1955 – 1965).
  31. Husein Muthahar, Pencipta Lagu Lagu perjuangan.
  32. Said Bahresy, perintis kemerdekaan, jurnalis dan anggota PNI.
  33. Ahmad Bahmid dari NU, Anggota DPR  tahun 1950.
  34. Abu Bakar bin Harun dari Surabaya, Mahasiwa HAS (Hollanddsc Arabische Shool) dan Aktivis PAI.
  35. Abdullah Bahasuwan, Mahasiwa HAS (Hollanddsc Arabische Shool) dan Aktivis PAI.
  36. Zein Bin Yahya, pengurus, Pengurus Besar PAI dan Mahasiswa  Sekolah Tinggi Hukum Jakarta Rechtshogeschool) tahun 1937.
  37. Anwar Makarim, Staf Redaktur Majalah Insyaf, Pengurus Partai PAI dan Mahasiwa Sekolah Tinggi Hukum Jakarta (Rechtshogeschool) tahun 1937.
  38. Mahdar bin Syekh Abu bakar, Komite Politik Kalangan Arab, respon terhadap perjanjian ‘renville”
  39. Hud Alaydrus, Komite Politik Kalangan Arab, respon terhadap perjanjian ‘renville”
  40. Saleh Abdul Aziz, Komite Politik Kalangan Arab, respon terhadap perjanjian ‘renville”
  1. Golongan Pembaharu Islam
  1. Syekh Ahmad Surkati, sekalipun beliau berasal dari Sudan tapi nasabnya berasal dari sahabat Anshor di Madinah.
  2. Al-Habib Abdullah bin Alwi Al Attas, Pemuka Gerakan Pan Islamisme, pernah mengirim 4 orang putranya ke Sekolah Tinggi Turki, Wafat 1928.
  1. Golongan Politikus Era Tahun 90an hingga sekarang
  1. Nurhayati Assegaf, politikus senior Partai Demokrat.
  2. Jakfar Bajeber, tokoh politik PPP & PBR, pimpinan DPRD
  3. Zain Bajeber, tokoh PPP dari Sulawesi Utara.
  4. Muhsin Bafadal, anggota DPR pusat dari PPP.
  5. Nabil Musawa, Anggota DPR PKS.
  6. Agus Abu Bakar Al Habsyi dari Partai Demokrat
  7. Habib Mahdi bin Abdurrahman Al Attas, Ketua Bidang Agama DPP Partai Gerindra.
  8. Said Abdullah bin Abdullah Syekhan Baqraf dari PDIP, Anggota DPR RI,  Politisi Senior dan berpengalaman  dari Sumenep Madura.
  9. Sayuti Asy-Syatri, Dulu pernah aktif di PAN dan kemudian di PDK.
  10. Abu Bakar Al Habsyi, PKS Komsisi III
  11. Isa Mahdi Al Habsyi, DPRD Jember.
  12. Ahmad Husein Alaydrus, Partai Demokrat.
  1. Golongan Pendidik, Akedemisi, Cendikiawan
  1. Awal Syahbal, Pendiri HAS (Holland Arabe School), 1930 – 1940, Penganjur Pendidikan Modern.
  2. Abdul Kadir Assegaf, Penganjur Pendidikan Modern.
  3. Abdullah Bahasuwan, pendiri Holland Arabiche School (1940).
  4. Abu Bakar Shihab, Penganjur Pendidikan Modern.
  5. Prof. Dr. Achmad Bachmid, Guru Besar Dalam Bidang Sastra dan Kebudayaan Arab UIN Syahid.
  6. Prof. Dr. Ir. Anis Saggaf, Rektor Unersitas Sriwijaya Palembang 2015 – 2019.
  7. Prof. Dr. Ir. Muhammad Idrus Al Hamid, Guru Besar Fakultas Tehnik Universitas Indonesia
  8. Prof. Dr. Umar Shihab, Ulama (MUI).
  9. Prof. Dr. Abdullah Al Kaf, Guru Besar UIN Syahid.
  10. Dr. Umar Al Haddad MA, Dosen Fakultas Syariah UIN Syahid dan Pendiri QLC (Qur’an Learning Center  yang berada di Jalan Buncit Raya No 18 E Jakarta Selatan.
  11. Dr. Khalid Al Kaf, Pengajar QLC dan Dosen Fakultas Adab UIN Syahid.
  12. Dr. Idrus Al Kaf MA, Ketua Program Studi Jurusan Kebudayaaan UIN Raden Fattah Palembang.
  13. Dr. Abdul Qodir Al Habsyi. Dosen dan Da’i
  14. Ismail Fajri Al Attas, intelektual Muda
  15. Prof. Dr. Muhammad bin Hasan Baharun, merupakan Rektor Universitas Nasional Pasim, Ahli Pendidikan, jurnalis, pejuang Aswaja.
  16. Prof.Dr. Syekh Muhammad Naquib Al Attas, Cucu Habib Empang Bogor.
  17. Habib Hasan Baharun, Ensiklopedia Islam Berjalan Dari Gresik.
  18. Dr. Syekhan Shahab, Pendiri Universitas Islam Azzahra Kampung Melayu Jakarta Selatan,
  1. Golongan Pemerintahan
  1. Prof. Dr. Fuad Hasan, Menteri Pendidikan zaman zaman Pak Harto.
  2. Ali Al Attas, Menteri Luar Negeri Zaman Pak Harto.
  3. Dr. Fuad Bawazir, Menteri Keuangan Zaman Pak Harto.
  4. Dr. Alwi Shihab, Menteri Luar Negeri Gus Dur.
  5. Prof. Dr. Quraish Shihab, Menteri Agama dan Ahli Tafsir Indonesia, Menteri Agama
  6. Prof. Dr. Said Agil Husein Al Munawar, Menteri Agama Zaman Pak Harto.
  7. Mar’i Muhammad, Menteri Zaman Pak Harto.
  8. Nabil Makarim, Menteri Lingkungan Hidup.
  9. Dr. Salim Segaf Al Jufri, Menteri Sosial.
  10. Fadel Muhammad Al Hadar, Menteri Kelautan, Gubernur Gorontalo dan Politikus Partai Golkar.
  11. Dr. Anis Baswedan, Menteri Pendidikan.
  12. Prof. Dr. Muhammad Al Hamid, ketua Bawaslu.
  13. Abdul Qodir Basalamah, Dirjen Haji.
  14. Hamid Al Hadi,  Diplomat Senior Deplu.
  15. M. Alaydrus, Duta Besar Tunisia.
  16. Saleh Afif, Menteri Perindustrian Era Pak Harto
  17. Lutfi Hamid Syekbubakar, Komisaris PLN, “Profesor” Olahraga Bulu Tangkis
  18. Dr. H. M. Basyir Ahmad Syawie , Walikota Pekalongan.
  19. Said Assagaf, Gubernur Maluku.
  1. Golongan Sejarawan & Budayawan
  1. Sayyid Ahmad bin Abdullah bin Muhsin Assegaf, merupakan Pejuang, Reformer Pendidikan, Ahli Nasab, dan Sejarawan Alawiyyin yang menulis kitab Khidmatul Asyirah (kitab ringkasan sejarah nasab Bani Ba’alawi yang bersumber dari Kitab Syamsu Zahirah), beliau juga menulis tentang Sejarah Banten dan tentang konsep-konsep pendidikan.
  2. Sayyid Muhammad bin Hasyim, merupakan seorang Satrawan, Penyair, editor majalah Al Bashir, majalah berbahasa Arab pertama di Hindia Belanda dan Hadramaut Courant.
  3. Des Alwi, Sejarawan Indonesia dari Banda Naira, Anak Angkat Bung Hatta.
  4. Prof. Dr. Yasmin Shahab, Budayawan dan Sejarawan Jakarta.
  5. H.M.H. Alhamid Al Husaini,  Ulama, Sejarawan Islam dan Ahlul Bait Indonesia.
  6. Dr.Haji A. Majid Hasan Bahafdullah, sejarawan dan Ahli Hadramaut.
  7. Dr. Hilmi Bakar Al Mascaty, Sejarawan Aceh.
  8. Abdul Qodir Maula Dawilah, Sejarawan Alawiyin
  9. Muhammad Al Baqir, Sejarawan Alawiyyin dan peneliti Ahlul Bait.
  10. Dr. Idrus Al Mashyur, Sejarawan dan Ahli Nasab Rabithah Alawiyah, Lembaga yang mendata dan mensensus keturunan Alawiyyin yang ada di Indonesia.
  1. Golongan Olahragawan
  1. Muhammad Zein Al Haddad, Pelatih Sepak Bola Persebaya.
  2. Shehan Saleh Al Habsyi, Pelatih kawakan Karate (Guru Besar Lemkari) Pemegang DAN V.
  3. Helmi Sungkar, Pembalap Mobil.
  4. Rifat Sungkar, Pembalap mobil.
  5. Sutan Harhara, pesepakbola legendaries.
  6. Aun Harhara, Pesepakbola
  7. Salim Alaydrus, pesepakbola
  8. Rossy Syekhbubakar, Atlet Tenis Meja Nasional
  9. Irfan Bachdim, pesepakbola
  10. Rudi Bahalwan, pesepakbola.
  11. Haidar Al Junaid, Atlet Futsal Nasional.
  12. Mahdi Fahri Al Bar, Pesepakbola
  13. Jamal Attamimi salah satu tokoh sepakbola Indonesia.
  1. Golongan Seniman Dan Pelaku Sineas
  1. Syekh bin Abdullah Al Bar, pemain gambus legendaries pada tahun 1920 – 1930an, pernah dikagumi oleh pers Libanon dan dijuluki pemusik gambus terbaik di Timur Tengah, merupakan ayah dari Ahmad Al Bar Vokali Grup Rock Legendaris, God Bless.
  2. Sa’diah Al Bar, Seniman wanita Jakarta era tahun 1950an.
  3. Alwi.A.S (Alwi Alaidrus), Aktor Senior (pemeran Pak Lurah dalam film Masa Depan di TVRI).
  4. Alwi Oslan (Alwi Al habsyi),Aktor senior tahun 60 dan 70an.
  5. Ahmad Al Bar (Iyek), Vokali Grup Musik Legendaris God Bless
  6. Muhsin Al Attas, Penyanyi.
  7. Fahmi Shahab Penyanyi.
  8. Syekh Abidin Al Jufri, Drumer Band Rock Legendaris AKA dari Surabaya
  9. Amak Baljoun, Aktor watak
  10. AN Alcaff/Alkaf, Aktor watak
  11. Bing Slamet/Ahmad Syekh Al Bar, Pelawak Legendaris.
  12. Alwi Shahab, Sejarawan Jakarta
  13. Ali Shahab, Sutradara.
  14. Mubarellah Ali Sungkar (Mark Sungkar), Aktor.
  15. Amang Rahman Zubair, kritikus Sastra dan pelukis sufistik.
  16. Omar Olly Alaudrus,
  17. Fauzi Baadila, Artis.
  18. Hadad Alwi, Penyanyi religi.
  19. Husein Bawafie, Penyanyi dan pencipta lagi Melayu.
  20. Fuad Hassan, Drumer Terbaik pada masanya, anggota Grup Musik God Bless
  21. Rama Aiphama (Hasan Alaidrus), penyanyi.
  22. Fuad Baraja, Aktor, Aktifis anti  rokok.
  23. Munif Bahasuan, Pencipta dan penyanyi  legendaries musik melayu
  24. Muhammad Masyhabi, Pencipta lagu melayu
  25. Said Effendi/Said Arrasyidi, Penyanyi Legendaris & pencipta lagu melayu terkenal.
  26. Umar Fauzi Aseran, Pendiri Orkes Melayu Modern
  27. Said Kelana Bawazir, Musikus Jazz.
  28. Hamdan At Tamimi, Penyanyi Dangdut.
  29. Risyad Karim, Aktor Senior
  30. Ali Zaenal Abidin Shahab, Aktor.
  31. Sakdiah Ma’ruf, Komedian Stand Up Comedy
  32. Iskandar Wijaya Hadar, Pemain Biola Internasional.
  33. Fuad Al Khar, Pemeran Pertama Wan Abud.
  34. Hussein Al Attas, Runer Up Indonesian Idol 2015.
  35. Saleh Husein Bawa, gitaris White Shoes And The Couples Company dan juga seniman.
  36. Alex Abdullah Abbad, VJ MTV dan Comedian Stand Up Comedi.
  37. Fatima Vanesa Al Habsyi, Model Majalah Go Girl.
  38. Naila Alatas, model.
  39. Nabila Syakib, Artis
  40. Ali Syakib, Aktor
  41. Opet Al Attas, mantan Drumer Gigi.
  42. Awab Adam Jordan, Aktor.
  43. Saleh Ali Bawazir, pemeran sitkom Bajay Bajuri.
  44. Ibrahim Al Katiri (Baim), Artis Cilik
  1. Golongan Aktifis dan Pergerakan
  1. Munir Said Thalib, Pejuang HAM Indonesia (tewas diracun).
  2. Muhammad Ikbal Assegaf (Ketua PB Anshor 1995 – 1999).
  3. Said Fahrul Barakbah, tokoh kiri Kaltim era tahun 60an.
  4. Ivan Abu Bakar Hadar,  Pejuang Kemanusiaan dan peradaban, aktivis Mahasiswa, tokoh Maluku Utara, Mantan Wartawan Jakarta Post Dan Media IndonesIA, Sosiolog.
  5. Wanda Hamidah Syekbubakar, Politikus PAN, aktifis 98.
  6. Itje Khadijah, Aktivis dan Praktisi Pendidikan Nasional dan International.
  7. Annas Alamudi, Aktivis 98,
  8. Abdullah Al Jufri, Pegiat LSM.
  9. Hamid Basyaib – Aktifis JIL (Jaringan Islam Liberal).
  10. Thaha Al Hamid, tokoh Papua (Sekjen OPM).
  11. Awab bin Muhammad Nahdi, tokoh pemuda pendobrak kultur di Kalibata.
  12. Faisal Assegaf, Progres 98.
  1. Golongan Penulis, Sastrawan. ilmuwan & Peneliti
  1. Muhammad Balfas, Sastrawan  Angkatan 45.
  2. Salim Bahresyi, penulis dan penerjemah kitab-kitab agama.
  3. Agus Rahmad Sarjono/Faisal Baisya, penyair dan penulis.
  4. Agil Abdullah Al Batati, penulis
  5. Zeffry Al Katiri, Sejarawan dan penulis
  6. Mansyur Al Katiri, penulis artikel pada beberapa media besar.
  7. Dr. Haidar Baqir (pemilik Mizan).
  8. Hasan Bahanan, pengamat masalah keturunan Arab.
  9. Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis Shahab M.Met, Rektor UI Tahun 2014 - 2019
  10. Dr. Muhammad Yusuf Alamudi, peneliti dari Universitas Airlangga.
  11. Dr. Taufik Bawazir, Doktor Ilmu Politik UI.
  12. Profesor Zaki Baridwan, Dosen Senior Unibraw Malang.
  13. Dr. Ir. Muhammad Faidz Syuaib, Dari Program Recognition and Mentoring Institut Pertanian Bogor (RAMP-IPB).
  14. Dr. Anwar Alaydrus, MM. Dosen Ilmu Sosial Politik Universitas Mulawarman Samarinda. 
  15. Nabil A. Karim Hazaye’, penulis dan penyusun biografi tokoh Abdurrahman Baswedan.
  16. Taufik Alwi Syekhbubakar, ketua STIKOM CKI/Sesprp Pascasarjana IMNI Jakarta.
  17. Dr. Muhsin Labib. Dosen UIN dan Penulis di Blog.
  18. Ben Shohib/Ali Shahab, penulis novel The Da Peci Code.
  19. Dr. Muhammad Muchdor Al Hamid, Cendikiawan Muslim dari Makassar.
  20. Habib Novel bin Muhammad Alaydrus, penulis produktif Sejarah, Agama.
  21. Habib Abdurrahman bin Ahmad Assegaf, penulis muda Produktif.
  22. Smith Al Haddar, Penasehat Ismes, Staf Ali Institute For Democrazy Education (IDE), pengamat Timur Tengah.
  23. Syadiq Badri Assegaf, Konsultan Komunikasi Bidang Pengembangan Cabang Perhumas.
  1. Golongan Penggiat Ormas, Organisasi & Lembaga Keagamaan, Ormas Umum/Pelajar/Mahasiswa/Alumni, & Yasayan
  1. Al Habib Zein bin Smith, Ketua Rabithah Alawiyah, Lembaga Yang mensensus data-data keturunan Alawiyyin yang ada di Indonesia dan sekitarnya.
  2. Habib Riziq Shihab, Ketua Front Pembela Islam.
  3. Geys Ammar Ketua Umum Al Irsyad
  4. KH Abdullah Jaidi, Ketua Umum Al Irsyad 2006 - 2011
  5. Husein Al Habsyi, Pendiri Ikhwanul Muslimin Indonesia
  6. Abdullah Baraja, Pendiri Pesantren Al Mu’min.
  7. Yahya Assegaf, Pembina Forum Silaturahmi Hadrami Indonesia.
  8. Muhammad Ridwan bin Abdurrahman Al Jufri, Ketua Umum Forum Alumni Al Azhar Cairo.
  9. Yusuf Usman Baisya, Pendiri Yayasan As-Sunnah Cirebon Jawa Barat.
  10. Salim Bajrei, pemimpin Yayasan As-Sunnah Cirebon Jawa Barat.
  11. Yayasan Ulil Albab di Lampung, Sukabumi dan Bogor yang diketuai Yazid Jawaz.
  12. Hasyim bin Salim Al-Hilabi, Anggota Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Provinsi DKI Jakarta.
  13. Al Ustadz Abdurrahman Abubakar Bahmid LC, Ketua MUI Gorontalo.
  14. Dr. Khalid Basalamah Lc, MA,  dari Divisi Fatwa dan Pengkajian MUI Jakarta.
  15. Dr. HS Aqil Al Attas, Ketua Yayasan Pendidikan Jamiatul Ittihad Wa Muawwana, Makasar.
  16. Dr. Muhsin Bin Ahmad Al Attas, Penasehat MUI Depok, Ketua FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama Depok, Presiden Laskar Anti Korupsi Pejuang 45 (Laki P 45), Sekjen FPI.
  17. Buya Abubakar bin Zein Al Habsyi, Ketua Annas Jakarta,
  18. Syarif Jakfar Baraja, Yayasan Muallaf Center.
  19. KH Abdul Karim Makarim, Ketua MUI Kupang NTB
  20. KH Hasan Makarim, Rohaniawan Penjara Nusakambangan, Ketua MUI Cilacap, penyebar Islam di Nusakambangan.
  21. Habib Muhammad bin Ahmad Al Attas, Yayasan Darul Mustofa, bergerak dibidang sosial, pendidikan dan keagamaan
  22. Jakfar Umar Thalib, Pendiri Laskar Ahlussunnah Wal Jama’ah.
  23. Abdullah Sungkar, Pendiri Jamaah Islamiah.
  24. Abu Bakar Baasyir, pendiri Jamaah Islamiah.
  25. Hisyam Bawazir/Umar Patek, tokoh militant.
  1. Golongan Penggiat Hukum
1.       Nono Anwar Makarim, Ahli hukum, pengacara. Bekas  Pemimpin Redaksi Harian KAMI
2.       Muhammad Assegaf SH, pengacara Senior.
3.       Malik Bawazir, Ahli hukum, pengacara.

  1. Golongan Kreativitas & Usahawan
1.       Maher Al Gadri, Pengusaha Pendiri Perusahaan Kodel
2.       Gamal Al Binsaid, pencetus bank sampah di Malang)
3.       Nadim Makarim, Pendiri GO JEK
4.       Thohir Al Qadri, Pengusaha
5.       Ir. Ahmad Al Ganis, Pengusaha.
6.       Soleh Jamalullail,
7.       Fathy F Bahanan, mahasiswa FTP Unibraw yang menemukan beras tiruan
O.     Golongan Militer & Polisi
  1. Zaki Anwar Makarim (Mayor Jenderal AD), Ketua BIAS.
  2. Prof. Dr. Irjen. Muhammad Faruk, Gubernur PTIK.
  1. Golongan Praktisi dan Penggiat Kesehatan
  1. Prof.Dr.  Husein Al Attas, Sp.A, praktek Pribadi dn Praktek di RSIA Evasari dan di Cempaka Putih, Guru Besar tetap yang mengajar di FKUI.
  2. Prof. Dr. dr Idrus Alwi Shahab SpPD KKV FECS FACC, meraih spesialisasi di bidang kardiovaskular. Beliau anak Ibu Nafisah Ahmad Zen Shahab dan Alwi Idrus Shahab dari Palembang yang terkenal karena 10 anaknya jadi Dokter, Luar Biasa !!!
  3. Drg. Farida Alwi menekuni bidang spesialisasi gigi,  (Adik dari Prof Idrus Alwi Shahab dari Palembang).
  4. dr. Shahabiyah MMR menjadi Dirut RSU Islam Harapan Anda di Tegal, (Adik dari Prof. Idrus Alwi Shahab dari Palembang).
  5. dr Muhammad Syafiq SpPD, spesialis penyakit dalam; (Adik dari Prof Idrus Alwi Shahab dari Palembang).
  6. dr. Suraiyah SpA (spesialisasi anak); (Adik dari Prof Idrus Alwi Shahab dari Palembang).
  7. dr. Nouval Shahab SpU, spesialis urologi dan sedang menempuh pendidikan untuk gelar PhD di Jepang, (Adik dari Prof Idrus Alwi Shahab dari Palembang).
  8. dr. Isa An Nagib SpOT mengambil bidang spesialisasi ortopedi, (Adik dari Prof Idrus Alwi Shahab dari Palembang).
  9. dr. Fatinah yang menjabat wakil direktur RS Ibu dan Anak Permata Hati Balikpapan, (Adik dari Prof Idrus Alwi Shahab dari Palembang).
  10. dr. Zen Firhan, dokter umum di Balai Pengobatan Depok Medical Service dan Sawangan Medical Center (Adik dari Prof Idrus Alwi Shahab dari Palembang)
  11. dr. Nur Dalilah, dokter umum di RS Permata Cibubur, (Adik dari Prof Idrus Alwi Shahab dari Palembang).
  12. Dr. Muhammad Ali Toha Assegaf, Praktisi Kedokteran Ala Nabi, Pendiri Rumah Sehat Afiat.
  13. dr. Haidar Abdullah Bawazir Sp.PD, Ahli penyakit dalam yang juga aktivis dakwah, praktek di RS QADR Tangerang Banten.
  14. Dr. Fachmi Shahab, Dokter senior yang praktek di Jalan Kebun Kacang IV Tanah Abang Jakarta.
  15. Dr. Muhammad Hadad, Dokter Spesialis anak angkatan 66, tinggal di Jalan Bangka Jakarta Selatan.
  16. Dr. Hasan Shahab, S.PM, Dokter Spesialis Mata dari Rumah Sakit Permata Cibubur Jakart Timur.
  17. Dr. M.K. Shahab, Spesialis Mata dan merupakan Dokter Senior, praktek di Jalan Dewi Sartika No 115 Cawang Jakarta Timur.
  18. Dr. Mustafa Kamil Shahab, Oftalmologi dari Rumah Sakit Sukanto Kramat Jati Jakarta Timur, beliau adalah orang tua dari artiz Zee Zee Shahab.
  19. Dr. Abdullah Segaf Al Haddad, Dokter Umum di Surabaya Alumni Airlangga.
  20. dr. Hasan Ali Al Habsyi, Dokter Umum dari Lulusan Trisakti
  21. dr. Muhammad Al Habsyi,  dari Malaria Center, Halmahera
  22. Dr. Faris Basalamah Sp.JP, Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah RS Mitra Keluarga  Bekasi.
  23. Dr. Abdullah Basalamah, Sp.OG, dokter kandungan RS Hermina Bekasi
  24. dr. Sarah Al Attas, Sp OG, Dokter Spesialis Obstetri Genekologi Rumah Sakit Bunda Aliyah Jakarta.
  25. dr. Rizal Alaydrus, Pakar Support Nutrisi, Pemenang L Men Year 2012, pemain film garuda superhero
  26. dr. Ali Alattas, merupakan dokter muda yang inspiratif, sekarang kuliah menjalani program KOAS di  RSUP Fatmawati.
  27. dr. Hisyam Attamimi, Ahli Jantung dan Pembuluh Darah dari RSU Kraton, Pekalongan.
  28. dr. Abbas Thalib, dokter dari Pasuruan (Mertua DR. Hidayat Nurwahid)
  29. dr. Diana Abbas Thalib, dokter dan direktur RS Ibu dan Anak Bunda Aliyah Pondok Indah Jakarta (Istri Mantan Ketua MPR, Hidayat Nurwahid).
  30. dr. Fatima Safira Al Attas, Ph.D, S.PA, Dosen FK UI, Sistem Informasi Lab Riset dan Pengabdian Masyarakat.
  31. Dr Jasmin Thalib, Sp. KK, dokter spesialis kulit kelamin, Sidoarjo, Surabaya.
  32. Dr. dr. Lucky Aziza Bawazir, Sp.DD – KGH, Staf Divisi Ginjal Hipertensi, FKUI – RSCM.
  33. Dr. Fauzi Ahmad Al Katiri, praktek di Gedung Bidakara Medical Lantai Dasar.
  34. Dr. dr. Ali Sungkar Sp.OG, Dosen UI dan dokter Kandungan RS Pondok Indah.
  35. Dr. Harun Al Bar Sp.A, dokter RS Medika Permata HIjau Jakarta Selatan.
  36. dr. Muhammad fahrizal Al Hamid, dokter umum di Pekanbaru Riau.
  37. dr. Idrus Al Jufri, dokter di jalan condet raya Jakarta Timur.
  38. dr. Farida Al Hasni, general Praktioner, Manado.
  39. dr. Muhammad bin Sholeh bin Salim bin Abdurrahman Al Jufri, penulis buku HIjamah Dilihat Dari Segi Sains dan Kedokteran Modern.
  40. dr. Saleh Al Jufri
  41. dr. Soraya Al Jufri, SPOG
  42. dr. Munira Al Jufri
  43. dr. Afaf Aqil Munawar, Spesialis Kulit Kelamin.
  1. Golongan Wartawan, Jurnalis Dan Pertelevisian
  1. Harun Musawa, Wartawan Senior Majalah Tempo, Pendiri Majalah Al Kisah.
  2. Prof.Dr. Salim Said, Wartawan Senior dan Pengamat Militer.
  3. Fikri Al Jufri, Wapemred Tempo.
  4. Jakfar Assegaf, wartawan Senior.
  5. Safira Bawazir, presenter Stasiun TV NET.
  6. Najwa Shihab, presenter Metro TV.
  7. Rahma Sarita Al Jufri, Presenter Nasional
  8. Fessy Alwi Assegaf, Presenter Metro TV
  9. Ziza Hamzah, Presenter
  1. Golongan Penerjemah
  1. Ali Audah (bin Salim), Penerjemah tangguh buku-buku bahasa Arab, Sastrawan yang dikagumi, Legenda yang cukup mendapat apresiasi para penulis dan penyair kawakan di negeri ini. Tahun 1961-1978 Ali Audah mengajar agama Islam di Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta (LPKJ). Selanjutnya, ia menjadi ketua Himpunan Penerjemah Indonesia dan menjadi Dewan Redaksi majalah Horison, serta menjadi dosen Humaniora di Institut Pertanian Bogor (IPB).
  2. Husein Shahab, penerjemah bahasa Ingris yang sering mendampingi Syekh Hisyam Kabbani, diakui cara penterjemahannya sekalipun materi yang diberikan Syekh Hisyam mencakup materi yang sulit.
  3. Abdullah Sholeh Ali Al Hadrami, penerjemah Imam Besar Masjidil Haram Mekkah, Syaikh Abdur Rahman As-Sudais dan Imam Besar Masjid Nabawi Madinah, Syaikh Shalah Al-Budair ketika kunjungan resmi kenegaraan di Malang Jawa Timur, beliau juga banyak menyandang berbagai jabatan.
  4. Husein Muhammad BSA, Penerjemah Arab Inggris, Condet Raya Jakarta Timur.
  1. Orang-orang yang  kami “indikasikan” memiliki tautan darah Arab
  1. Prof.Dr. Husein Haikal MA, Guru Besar UNY Jogya, Rektor Universitas Pekalongan 2004 – 2009 (masih dalam pendalaman, dikarenakan bio data belum secara terbuka menyatakan dirinya keturunan Arab). Muhammad Husein Haikal, Jurnalis Tangguh dari Harian Bisnis Indonesia, anak dari Prof. Dr. Husein Haikal MA (masih dalam pendalaman)
  2. KH Ali Yafie, (bila melihat nama terakhir beliau, itu adalah salah satu Bani yang ada di Hadramaut Yaman). Kakek beliau juga terkenal sebagai ulama besar Di Masjidil Haram, kami berharap ada informasi mengenai nasab beliau ini.
  3. Camelia Malik (ibunya bernama Farida Al Hasni dari Keturunan Sayyidina Al Hasan)
  4. Abdurrahman Saleh Jaksa Agung. (kami masih belum mendapati fam yang melekat pada beliau), namun banyak yang mengatakan jika beliau adalah keturunan Arab
  5. Marsekal Saleh Basarah (Basyahroh?), Mantan KSAU (Kepala Staf Angkatan Udara), masih dalam penelitian dan kami belum berani mencantumkan dikarenakan minimnya informasi tentang ayah atau kakek beliau ini.
  6. Dr. Lula Kamal, (ibunya dari Klan Bawazir), Artis dan dokter.
  7. Eza Yayang (pemeran Rozak dalam sinetron Tukang Ojek), ibunya dari Klan Assegaf.
  8. Viergiawan Listanto (Iwan Fals), ibunya berdarah Arab bermarga Abdat, bahkan pada waktu kecil Iwan Fals pernah tinggal di Jeddah mengikuti salah satu saudara orangtuanya yang tidak punya anak.
Adanya fakta  keberadaan tokoh-tokoh keturunan diatas yang sebagian besar sudah kami pelajari biografinya ini jelas menunjukkan jika tuduhan yang selama ini dilontarkan oleh mereka yang fobia terhadap Arab adalah salah kaprah dan terlalu prematur. Jelas tuduhan mereka yang fobia Arab itu terlalu dipaksakan dan terkesan bertujuan untuk menjatuhkan orang Arab melalui pembunuhan karakter. Arab yang ada di Indonesia, adalah Arab yang sudah nasionalis atau sudah berjiwa Indonesia. Kalau ada orang Arab di Indonesia berperilaku exktrim, itu bukanlah gambaran umum orang Arab Indonesia. Justru bila ada orang Arab yang berperilaku extrim, Sebagian besar orang Arab lainnya merasa gelisah dan khawatir mereka terkena imbanya. Jangan dikira mereka yang sebagian besar itu tidak galau jika mendengar ada sebagian kecil orang Arab yang bertindak extrim.
Fakta deretan tokoh orang Arab yang kami ungkap yang berasal dari berbagai bidang dan latar belakang ini agar mereka yang fobia Arab bisa melihat dengan jelas siapa sesungguhnya orang Arab yang ada di Indonesia itu. Kami sengaja menulis semua tokoh, mulai yang dari konservatif, moderat, kontroversi sampai yang extrim, mulai yang mempunyai pemahaman “kiri sampai kanan mulai dari tokoh agama sampai tokoh sekuler, semua kami tulis dengan sangat terbuka. Hitunglah berapa banyak yang orang Arab yang extrim atau mempunyai pemahaman “anti mainstream”,  hitung pula berapa banyak orang Arab keturunan sudah yang berjasa pada bangsa ini, hitung pula berapa banyak kiprah mereka  yang ada di berbagai bidang dibanding dengan orang-orang Arab yang katanya “bermasalah”. Jumlah diatas yang kami tulis ini belumlah seberapa dan belum mewakili orang-orang Arab yang sukses dan menjadi tokoh-tokoh di negeri ini, masih banyak lagi sebenarnya mereka itu, hanya karena keterbatasan waktu kami saja yang belum sempat mendata mereka..
Ingatlah dulu betapa orang Arab juga punya sikap nasionalis yang tinggi disaat negeri ini dijajah oleh Belanda, mereka punya sumpah yang bernama Sumpah Pemuda Keturunan Arab yang  dicetuskan di Semarang Tanggal 3 – 4 Oktober 1934 yang berbunyi :
  1. Tanah Air Peranakan Arab adalah Indonesia (sebelumnya, mereka merasa bertanah air Yaman, negara asal mereka).
  2. Karenanya , mereka harus meninggalkan kehidupan menyendiri (isolasi).
  3. Memenuhi kewajiban terhadap tanah air dan bangsa Indonesia.
Satu hal yang disepakati oleh Bangsa Hadrami tersebut bahwa identitas mereka merujuk kepada tanah air, juga telah membedakan mereka dari masyarakat Asia Tenggara lainnya. Studi  studi mengenai usaha bangsa Vietnam, Birma dan Melayu untuk menegaskan kembali Identitas mereka selama periode diatas tersebut menunjukkan bahwa “ras” atau masyarakat menjadi dasar yang penting untuk menyatakan batas-batas identitas. Proses yang sama terjadi pada masyarakat Indonesia pribumi.
Secara Keseluruhan masyarakat Arab Hadramaut pasca perang dunia ke II mengakui bahwa mereka adalah bangsa Indonesia dengan percepatan yang luar biasa. Hamid Al Qadri menyatakan bahwa penggabungan bangsa Arab Hadramaut ke dalam negara Indonesia modern hanya merupakan keberlanjutan proses asimilasi yang berjalan lama, yang secara singkat terpecah karena gangguan  penguasa colonial Belanda dan pelaksanaan kebijakan seperti Passenstelsel dan Wijkenstelsel. Pola ini menganggap dengan sangat remeh ruang kompleksitas perubahan social dari idiologis yang terjadi pada bangsa Indonesia sejak awal abad keduapuluh. Tokoh-tokoh kebangkitan mereka meletakkan prinsip-prinsip untuk melakukan “Indonesianisasi” Kaum Arab Hadramaut pasca Arab. Keinginan mereka untuk berubah sehubungan dengan keadaan lingkungan yang berubah, kemampuan mereka untuk memperkirakan sejumlah jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pokok mengenai siapakah mereka dan termasuk bangsa apakah mereka, dan sensitivitas mereka terhadap perubahan idiologis dalam masyarakatnya dengan batas-batas yang dimilikinya sehingga mereka menemukan jati dirinya, merupakan gambaran tradisi intelektual yang hidup dan ini menjelakan mudahnya mereka menyesuaikan diri dalam zaman yang diwariskan dan dilestarikan oleh bangsa Arab Hadramaut Indonesia generasi paska kemerdekaan..
Wallahu A’lam Bisshowwab...
Sumber: http://ikrafaalfattah.blogspot.co.id/2016/02/tokoh-tokoh-terkenal-dalam-perjalanan.html

Ditulis Oleh: Iwan Mahmud Al-Fattah. Sejarah Dan Sumbangsih Orang Arab Di Indonesia (Meluruskan Pemahaman Yang Salah Tentang  Arab Keturunan), Jakarta : Madawis & Ikrafa, hlm 60 – 72, 2016.