Translate

Rabu, 16 Januari 2019

ASAL USUL FAM AL-BIN SUNGKAR AL-KINDI

Nama keluarga “SUNGKAR” ini sebenarnya dari mana dan maknanya apa? Sebagian besar cerita yang diceritakan dari mulut ke mulut serta penjelasan yang ada menyebutkan bahwa nama “ SUNGKAR “ ini diambil dari kata Sukkar yang artinya gula. Disebut Bin Sungkar karena dikatakan dari sebuah sumber bahwa Bin Sungkar inilah yang pertama kali menjual gula di Hadramaut (اول من باعوا السكر بحضرموت ) . Tetapi disebutkan oleh Al Faqieh As-Syaikh As-Sama’ani, ada sebagian lain yang mengatakan bahwa SUNKAR ini memang diambil dari kata Sukkar (gula) yang memiliki arti manis, tetapi bukan karena keluarga ini merupakan penjual gula yang pertama di Hadramaut, melainkan karena golongan ini terkenal dengan bahasa dan kata katanya yang manis dan halus. Wallahu’alamu bis-showab.
Nasab keluarga Bin Sungkar ini kembali sampai ke Abyd Al-Mulaqob Basunkar bin Ali bin AbdurRaouf bin Manshour bin Mubarak bin Aslam bin Abied bin Sa’ad bin Musa bin Ibrahiem bin Aboud bin Ishaq bin Sholeh bin Aboud bin Abied bin Abdullah bin Imran bin Umar bin Sai’ed bin Sa’ad bin bin Imran bin Al Aswad bin Amru bin Sa’ad bin Zar’ah bin Sai’ed bin Aziez bin Sayf bin Al Aswad bin Qais bin Ma’ad Yukarab bin Al Harits bin Amru Al Qais bin Malik bin Ka’ab bin Adi bin Ka’ab bin Uqbah bin Syabieb bin Uqbah bin Ka’ab bin Amru Al Qais bin Malik nin Ha-syad bin Al-Mundzirien bin Al Fatak bin Ha-syad Al-Mundzirien bin Malik bin Ha-syad Al Akbar bin Syabieb bin As Sukun bin Asyras bin Kindah dari (Bani Kindah).
Nasab tersebut ditemukan tertulis dari tulisan Al-Alamah Asy-Syaikh Salim bin Muhammad bin Hameed yang ditulisnya pada 17 Sya’ban 1293 Hijriyah, dikutip dari tulisan tangan Al-Alamah Ali bin Abdul Raheem Baktsier yang ditulis tangan olehnya pada tanggal Hari Sabtu 11 Rabi’ul Tsani tahun 1250 Hijriyah, yang dikutip dari tulisan tangan Syaikh Abdullah bin Umar bin Salim Bafadhal di Tarim ditulis pada 29 Rajab tahun 1013 Hijriyah, ditemukan dikutip dari tulisan tangan Al Faqieh Sayyid Muhammad bin Aqiel bin Syekh bin Ali bin Abdullah Wathob Al-‘Alawy di Tarim ditulis pada tanggal Hari Kamis, 23 Romadhon tahun 986 Hijriyah, dan diberi tanggal disitu wafat Abied bin Ali Sungkar setelah tahun 897 Hijriyah. Dan keluarga Bin Sungkar ini sangat dekat hubungan kekerabatannya dengan Keluarga Askar, dari kakek-kakeknya.
Keluarga ini memiliki beberapa pecahan-nya, yaitu seperti Al-Urmi, Al-Ghurfy, Bin Awood, Bin Abdisyekh, Abood, Faraj, Dahman, Syariuf dsbnya. Nama nama pecahan ini berasal dari daerah asalnya di Hadramawt serta menunjukkan nama kakek pertama yang datang ke Indonesia. Contoh Sungkar Al-Urmi itu berasal daerah Urma di Hadramaut, kemudian Syariuf juga sama dari daerah Syariuf, demikian halnya dengan Ghurfi dari daerah Al-Ghurfi. Sedangkan Abood, Faraj, Abdisyekh, Dahman menunjukkan kakek-kakek mereka yang pertama ke Indonesia. Seperti keluarga Sungkar Faradj, atau biasa disebut Faradan, karena dari nama kakeknya yaity Faradj bin Ali bin Sungkar.
🔹🔹🔹🔹🔹🔹
Keluarga Bin Sungkar di Indonesia pada awalnya terpusat di Tegal, Pekalongan dan Solo,
walaupun belum ada catatan sejarah yang bisa menjelaskan siapakah dari keluarga Bin Sungkar ini yang pertama kali datang ke Indonesia dan pada tahun berapa kedatangan awalnya.
Tetapi catatan sejarah menuliskan bahwa hingga sekitar awal tahun 1899, di Tegal; Pemerintah Kolonial Belanda menunjuk seorang Kepala Koloni Arab disana dari keluarga Bin Sungkar, yaitu Syekh Abdullah bin Ahmad bin Bakeran bin Sungkar.
Yang lahir di Haynin (Wadi Hadhramaut) dan diperkirakan datang di Indonesia sekitar tahun 1845.
Keluarga Bin Sungkar ini selain terkenal sebagai keluarga ahli perdagangan atau bisnismen, juga dikenal sebagai keluarga ahli agama.
Salah satu tokoh ulama dari keluarga Bin Sungkar ini adalah Al Faqieh Syeikh Umar bin Aqad bin Ahmad bin Sai’ed bin Abied Sungkar bin Ali bin Abdur-Rauf Al Hadrami yang meninggal pada tahun 1002 Hijriyah dari daerah Ja’iemah.
Keahlian dalam dunia perdagangan ini terbukti sekali dengan keberhasilan mereka sebagai pedagang pedagang besar pada masanya, dari mulai pengusaha property di daerah Bendungan Hilir dan Surabaya pada tahun 1930an, kemudian sebagai pedagang Tekstil/Batik terkenal di Solo dan Pekalongan hingga nerambah sebagai pedagang kulit terkenal di Indonesia.
Seperti Soengkar Aloermie (qv) & Co. pedagang batik dari Surabaya pada tahun 1930s; yang juga menjalankan N.V. Bouw en Cultuur Mij. Mataram, pertama kali didirikan tahun 1934 di Surakarta.. Kemudian juga ada Ali b. Awad b. Muhammad Al-Urmi seorang saudagar kaya bidang batik dan distributor kain dari Pekalongan, yang juga memberikan bantuan finansial untuk Sekolah Ma'had Islam yang didirikan pada tahun 1942.
Dan di Solo ada Shaykh Sa’id b. Umar b. Awudh b Sungkar atau Said Oemar Soengkar, yang dikenal dengan singkatannya SOS, yang merupakan salah satu dari pengusaha batik Solo yang cukup sukses pada akhir tahun 1930s.
Keluarga ini memiliki pabrik batik yang cukup besar dan pemintalan tenang yang cukup besar di wilayah Solo pada tahun 1939.
Syekh Said ini memiliki seorang adik juga yang cukup sukses di bidang batik, yaitu Shaykh Abdullah b. Umar b. Awudh b Sungkar, yang dikenal sebagai “Dollah Bagus”.
Abdullah Bin Sungkar ini memiliki beberapa Perusahaan Batik, salah satu nya adalah Cap Potret dan Tiga Anak .
Satu dari dua pionir Hadhrami dalam bidang industri tekstil di Java
Selain di ketiga daerah tersebut, ada sebagian dari keluarga Bin Sungkar ini yang hidup diwilayah Batavia, atau Jakarta pada masa itu, yang terkenal cukup modern dengan mengirimkan beberapa anaknya ke Sekolah ke Istambul, Turki diantaranya adalah Abdullah b. Ali b. Salim b. Sungkar; Ahmad b. Bukran b. Abud b. Sungkar, Dawud b. Sa’id b. Salim b Sungkar dan Sulaiman b. Ali b. Salim b. Sungkar.
Pada waktu itu ada 7 anak yang dikirim ke Istambul pada tahun 1899 untuk belajar di Ashiret Mektebi, sekolah untuk Arab dan pemimpin minoritas lainnya, didirikan pada tahun 1892 dengan akomodasi gratis dan penginapan, untuk mempersiapkan mereka dalam karir pemerintahan dan militer.
Selain berhasil sebagai pedagang tekstil/batik, ada dari keluarga Bin Sungkar ini yang juga sukses di bidang lain, seperti bidang properti di Batavia, salah satunya adalah Ali b. Salim b. Ahmad b. Sungkar yang merupakan seorang pengusaha kaya yang pada waktu itu membeli komplek perumahan di daerah Bendungan-Hilir pada tahun 1880 dari tuan tanah Betawi, 'Abdallah b. Sa'id Ba-Salamah. Dan sampai dengan tahun 1886, Ali. b. Salim b. A. Sungkar ini dikabarkan masih memiliki properti tanah di Bendungan Hilir Estate, yang luas daerah tidak diketahui secara pasti, dengan populasi 412 penduduk yang menghuni daerah tersebut, dan pada waktu itu bernilai f16,800.
Banyak dari keluarga Bin Sungkar ini juga yang menjadi Tokoh Terpandang dan Kepala Golongan Arab di berbagai daerah di Indonesia.
Antara lain :
Shaykh Achmad bin Abdullah bin Sungkar : Kepala Arab Ampenan Lombok
Shaykh Abdullah bin Achmad bin Bakeran Sungkar : Letnan Arab Tegal 6 Januari 1888
Shaykh Muhammad bin Achmad bin Sungkar : Wakil Arab dalam Dewan Kota Tegal 1910 & Letnan Arab Tegal, 11 Oktober 1902
Shaykh Ali bin Awab bin Sungkar Al-Urmi : Letnan Arab Pekalongan, 06 Mei 1940
Shaykh Awadh bin Sungkar Al-Urmi : Kapten Arab di Solo, yang kediamannya terkenal dengan peristiwa Fatwa Solo, dengan Syekh Surkati
Saleh bin Ahmad Sungkar : 1920 – 1953 : seorang Pejuang Muda dan Tokoh Islam, Ketua DPRD Lombok
SYEKH AWAB SUNGKAR AL-URMEI : Kapiten Arab Solo/Saudagar Tekstil/Batik Solo.
Dsb.
_____________
Dikutip dari kitab:
1. Idaam Al-Quut Fii Tarikh Hadramaut - إدام القوت في تاريخ حضرموت
2. Mukhtashar Kitab Ad-Daar wal Yaquut fi Ma’rifatii Buyutaat Arob Al-Mahjar : Bani Kindah - مختصر كتاب الدر والياقوت في معرفة بيوتات عرب المهجر وحضرموت : قبائل كنده

CABANG (PECAHAN) DARI FAM AL- KATIRI

Keturunan al Jabir yang berkuasa di sewun pada tahun 1884 bernama sultan Mansur bin galib bin Muhsin bin Ahmad bin Muhammad bin Ali bin Bader bin Abdullah bin Umar bin Bader Abu Tuwerik bin Abdullah bin Ja’far bin Abdulah bin Muhammad bin Syanfari al Hamdani, ia keturunan Bader Abu tuwerik
1. Katiri (al Katsiri)
2. Amiri (al Awamir)
3. Jabir (al Jabiri)
Asy-Syanafirah (asy-Syanfari) atau keturunan Sayanfari al Hamdani al Bader abu Tuweik.Suku yang besar ini terbagi dalam tiga suku. Dan suku al Katsir mendiami diantara Syibam dan Sweun dan ada juga di pegunungan sebelah utara lembah Rasyid dan suku al Katsir ini terbagi lagi dalam lima suku yang pertama dari keluarga al Umar bin katsiri ini terbagi lagi dalam lima suku yang pertama dari keluarga dan keturunan al Umar dan al Katsir yang mencakup keluarga :
I. Al Talib bin Umar Talib bin Umar bin Yamani bin Kaatsir (bin Thalib)
1. Al ja’far bin Talib
2. Al Mar’ie bin Talib
3. Al Yamani bin Talib
4. Al Umar bin Said bin Talib
5. Al Said Ebud bin Talib, Keluarga al Talib ini mendiami Hotah Gerew dan sekitarnya.
6. Al Hedrah (bin Hedrah) keluarga ini perpecahan dari keluarga bin Talib yang sudah terpisah yang menjadi keluarga yang di sebut dari keturunan (al Mar’ie bin Umar).
Keluarga al Haidrah ini mediami dhyiyam Gurfah
II. al Umar bin Katsiri yang mencakup keluarga al Falhum bin umar bin Yimani bin Katsir (bin Faalhum) keluarga ini Terbagi dari tiga keturunan bersaudara
A. Al Awad bin Umar bin Falhum
• al ‘As (al ‘As)
• bin Tanfirah atau Attanfirah (bin Tanfirah)
• al Bargi (al Bargi)
B. Al Umar bin Hemud bin Falhum
• al Fas (Balfas)
• al Erar (bin Erar)
• al Kahayyil (bin Kahayyil)
C. Al-Ebud bin Ja’far bin Falhum
• al Weil (Balweel)
• al Fahesa (balfahesa)
• al Somil (bin somil)
Keluarga al Falhum ini dari dahulu mendiami al Gurfah dan al Hotah, babakar dan sekitarnya.
III. al Umar bin Katsir yang mencakup keluarga
a. al Umar Ambadar (bin Umar Ambadar)
b. al Mahri (bin Mahri)
c. al On (bin On bin Abdullah)
d. al Bader bin Abdullah bin (Bader bin Abdullah)
e. al asy Syain (bin Syain)
Keluarga al Umar bin Kasir ini dahulu mendiami al Gurfah, Babakar dan sekitarnya
IV. al Amir bin Kasir ini yang Mencakup keluarga al Amir bin Yimani bin Katsir (al Amir)
1. al Ibdad (bin Abdad)
2. al Abdul Aziz (bin Abdul Aziz)
3. al Bin Said (bin al Bin Said)
4. al Muhammad bin Umar (bin Muhammad bin Umar)
5. al Kuddah (bin Kuddeh)
6. al Misfor (bin Misfir)
7. al Ma’tuf (bin Ma’tuf) al Maatif
Keluarga al amir bin Kasir ini dahulu mendiami al Gurfah al Garah Bahereh dan sekitarnya.
V. al koedeh bin Katsir yang mencakup keluarga al Koedah bin Yimani bin Katsir (al Koedeh) sejak dahulu sudah punah dan tidak ada lagi keturunannya.
VI. Pecahan yang di sebut al On (al Owaini)
Keluarga ini terbagi dalam dua bersaudarayaitu :
A. Keturunan al Said bin On keluarga yang mencakup :
1. al Ja’far bin Bader (bin Ja’far Ambader)
2. al Barayeis (Barayyis)
3. al Munabari (bin Ali Ambadar)
4. al bin Said (bin al bin Said)
5. al Zimah (bin Zimeh) = bin Abdullah Ambader
6. al Seger (bin Seger)
7. al Beram (al Beram)
8. al Gefeil (Gafeil)
9. al Syamlan (bin Syamlan)
B.Keturunan al Amir bin On. Keluarga yang mencakup :
1. al Sanad (bin Sanad)
2. al Hadil (bin Hadil)
3. al Rauwas (Barauwas)
4. al Ladraf (Baladraf)
5. al La’jam (Bala’jam)
6. AL HAMDAN (bin Hamedan)
keluarga al ON ini dahulunya mendiami Syaggim Naiydi (Najdi) al Goful, Madudeh Wadi jaemeh dan sekitarnya.
VII. Pecahan keluarga yang di sebut al Said (bin Said) Keluarga ini terbagi dalam tiga turunan beraudara, al Ali Muhammad, al Ja’far Muhamad, al Amir Muhammad
1. al Elly (bin Elly)
2. al said (al Ja’far Muhammad)
3. al Ebud bin Said (bin Ebud bin Said)
4. al Gehum (Balgehum)
5. al Mar’i (bin Mar’i)
6. al Dahdu (bin Dahdu)
7. al Syar’i (bin syar’i)
8. al Hajeri (bin Hajeri) Keluarga al Hajjeri ini termasuk dari al Said.
Keluarga al Said ini dari dahulu mendiami Wadi Jaemeh dan sekitarnya.
VIII. Pecahan yang di sebut (al Hemud bin Bader) al Saif
al Seif (bin Seif)
Semua suku dari al Katsiri ini sedarah dari satu keturunan syanfari al Hamdani dari keturunan al Bader abu Tuwerik dan di pedalaman Hadramout penguasa yang terkuat adalah penguasa sewun (al Katsiri) yang kekuasaanyayang terkuat adalah penguan sewun (al Katsiri) yang kekuasaannya di akui ke Terim – al guraf.
Teris dan sultan seun mengangkat kakaknya sebagi wakil pemerintahan Terim dan sekitarnya dari anggota suku al Katsiri memnduduki juga pengunangan di sebelah utara lembah bin Rasyid suku Al awamir
Mengenai suku al Bajerai (Bajerai) suku yang tinggal di sebelah timur laut. Seun di kelilingi oleh suku al Katsir dan suku awamir dan suku bajeri ini tidak sedarah dengan keturunan Syanfari namun sesuai dengan konferensi simbolik ia tetap mengakui sultan sewun sebagai pimpinannya
Al awamir (al Amiri) yang mendiami lembah besar di antara sewun datn Terim dan pegunungan di sebelah utara suku itu di bentuk oleh keluarga.
1. al Abdul Bagi (bin Abdul Begi)
2. al Hamis (bin Hamis)
3. al Halilah (bin Halilah)
4. al Matrif (bin Matrif)
5. al Gan’nas (bin Gan’nas)
6. al Yuhiyir (bin Yuhiyyir)
7. al Barhim (bin Barhim)
8. al Saif (bin Saif)
Suku al Awamir (amri) ini terdiri dari Orang badui di Pegunungan sebelah utara Sewun.
Al Karab an Nahdi (Nahdi), Suku Badui di pedalaman Lembah Ra’aihhiah dan lembah BesarHinggah ke Gauzah dan Hainan.
Keluarga ini mencakup :
1. al Hukmain (al Hakam)
2. al Rawdan (al –Rawdani)
3. al Syahbali (al Syahbal)
4. al Huwel (bin Huwel)
5. al Hairasy (bin Hatrasi)
6. al Balala (bal’ala)
7. al Sabit (bin Sabit)
8. al Ajjaj (bin Ajjaj)
9. al Zo (bin Zo)
10. al Ganes (bin Ganes)
11. al Syabibi (Syabibi)
12. al Fahaid (bin Fahaid)
13. al mas’ari (bin Mas’ari)
14. al Musyirrig (bin Musyirrig)
15. al Faris (bin Faris)
16. al Abri (bin Abri)
17. al Buggeri (bin Hajeri)
18. al Muda’dah (bin Muda’dah)
19. al Kaleb (bin Kaleb)
20. al Mugezeh (bin Mugazeh)
21. al Bisyir (bin Bisyir)
Kepala keluarga al Hakam (al Hukmain) juga Kepala seluruh suku Nahdi (Nahed) yang berkedudukan di Gauzah.
Al ja’dah (al Jaedi), Suku yang di bentuk dari Keluarga
1. al Syamlan (bin Syamlan)
2. al Murdah (bin Murdah)
3. al Hilabi (bion Hilabi)
4. al Tahir bin Rajib (bin Tahir bin Rajib)
5. al Ma’di (bin Ma’di)
6. al Segeri (bin Segeri)
7. al Jessar (bin Jessar)
8. al Muhan’neh (bin Muhammad)
9. al Nuguh (bin Nuguh)
10. al Hamad bin Ali (al Hamad bin Ali)
11. al Maretan (bin Maretan)
12. al Hamad (bin Hamad)
13. al Am’mar (bin Am’ar
Suku al Jaedi ini mendiami lembah Amid dan Hampir seluruhnya suku Badui. Kepala keluarganya al Syamlan sekaligus Kepala suku al Ja’da (jaedi).
Al Hariz (bin Hariz) keluarga suku ini hampir seluruhnya suku Badui dari pecahan dan keturunan al Ja’dah (al jaedi) yang sudah terpisah menjadi keluarga suku tersendiri yang di sebut dari kuturunan Bani Mar’ta.
Bani Zan’ah (az Za’ani) suku terbagi dalam tiga suku lagi
Al Tamim (at Tamimi) yang bertempat di lembah besar di antara al Falluga dan Gaber Nabi Hud
Suku ini mecakup Keluargaini :
1. Al Yamani (bin Yamani)
2. Al Muhammad (bin Muhammad)
3. Al Zaydan (al Zaidan)
4. Al Garamayah (bin Garmus)
5. Al Syamlan (bin Syamlan)
6. Al Gasir (bin Gasir)
7. Al Syaiban (bin Syeban)
8. Al Silmih (bin Silmeh)
9. Al mirsaf (bin Mirsaf)
10. Al Abduh asy Syeh (bin Abduh Syeh)
11. Al Usman (bin Usman
Kepala keluarga at ‘Tamimi al Yamani juga seluruh suku Tamim.ia berkediaman di Gasim.